Caroline menerima puluhan flower bouquet, mulai dari roses, tulip, peony, lily, bahkan baby's breath, salah satu favorite wanita itu, hadiah dari Maxent— saudara kandungnya. "Harusnya kau memberikan ini saat anakku lahir," cebik Caroline. Mengernyitkan bibir ke arah Laura. Menatap wanita bermata hazel itu sekilas. "Sudah aku katakan," timpal Laura kesal. Mereka sempat beradu argument. Bagi Laura, tulip lebih baik. Jadi, ia membeli bingkisan itu sendiri. "Aku tahu kau selalu konyol." Caroline membalas lagi. Sedikit menarik napasnya dalam. Menaruh baby's breath flower ke tempat semula. "Aku masih punya hadiah untukmu," papar Maxent. Meraih sebuah kotak berwarna biru dengan bahan berbulu. Terlihat mahal, mengilap di setiap sudutnya. "Apa ini?" tanya Caroline. Ragu. Namun, sebaliknya ia y