bc

Love And Contract

book_age18+
78
IKUTI
1K
BACA
contract marriage
HE
drama
city
like
intro-logo
Uraian

Kallandra Arion Gunadhya, seorang pria muda tampan, kaya, fisik sempurna, digilai wanita, dan memimpin perusahaan manufaktur terbesar di negeri ini. Namun di balik segala kesempurnaannya, tidak ada yang tahu bahwa Andra menyimpan luka menganga, sebuah trauma lama yang membuatnya alergi pada cinta dan pernikahan. Tapi apa daya, jabatan Presiden Direktur yang selama ini ia pegang, bergantung pada satu syarat yang harus dipenuhi, bahwa dia harus segera menikah.

Shareena Azmi Zaina hanyalah seorang gadis sederhana berparas cantik dengan tubuh sempurna seperti biola, yang sayangnya hidupnya tidak mudah. Menjadi tulang punggung keluarga sebagai generasi sandwich, Rena bekerja di bank demi menghidupi keluarga, membiayai sekolah adik-adiknya dan yang paling mendesak yaitu mencari uang untuk operasi jantung sang ayah.

Satu pertemuan yang tidak terduga membawa mereka pada sebuah kesepakatan dingin yaitu, kawin kontrak, tanpa cinta juga tanpa perasaan layaknya di kisah cinta di novel romansa.

Namun benarkah semua bisa tetap hanya sebatas hitam di atas putih? Ataukan takdir berkata lain? Semesta memang menginginkan mereka untuk bersatu?

Saat batasan mulai memudar, saat ada hati dan perasaan yang mulai terlibat, akankah ikatan semu ini berubah menjadi nyata yang menjadi akhir kisah bahagia? Atau justru berakhir menjadi luka baru yang tidak pernah mereka inginkan?

chap-preview
Pratinjau gratis
Pertemuan Pertama
"Selamat Pagi, Pak Irfan...Saya Rena diutus Pak Rudi untuk mendata karyawan yang akan payroll di Cabang kami," sapanya dengan senyum khas sambil merentangkan tangan saat dia sudah berada di ruangan Pak Irfan. "Oh Ya, Ibu Rena ya? baru saja saya bicara dengan pak Rudi ditelepon ... silahkan duduk, saya akan membawakan berkasnya." Pak Irfan menjabat tangan Rena setelah itu meminta sekerterarisnya mengambilkan beberapa berkas kebutuhan payroll yang sudah diinfokan oleh pak Rudi sebelumnya. Pak Irfan dan Rena berbincang sambil membereskan berkas dan mengisi aplikasi payroll. Sesekali Rena menawarkan produk investasi siapa tahu pak Irfan berminat sehingga menambah penilaiannya di mata Pak Rudi yang akan berdampak baik pada bonus tahunannya. "Ini berkasnya sudah lengkap semua, aplikasi sudah diisi dan ditandatangani oleh Bapak, tinggal minta tanda tangan Presiden Direktur perusahaan ini," tutur Rena sambil merapikan berkas yang baru saja diperiksanya. "Bu Rena bisa minta tanda tangannya langsung ke Pak Andra Pimpinan tertinggi perusahaan ini, ruangan beliau ada diujung lorong, nanti tanya bu Santi sekretarisnya, bilang saja mau minta tanda tangan untuk pengajuan payroll ke Bank," ucap Pak Irfan, jari telunjuknya ia arahkan ke pintu ruangan yang berada di pojok lantai ini. "Baik Pak terimakasih," pamit Rena seraya menjabat tangan Pak Irfan. Rena langsung menuju ruangan Presiden Direktur, sebelumnya ia harus menemui bu Santi sang sekertaris dan meminta ijin untuk menemui bosnya. "Silahkan masuk saja Bu Rena, Pak Andra ada di dalam," kata Santi sembari tersenyum ramah. "Baik Bu Santi, terimakasih …,” balas Rena juga disertai senyum. Tok … Tok … Tok … Rena mengetuk pintu ganda berbahan kayu jati didepannya lantas perlahan mendorong benda tersebut dan tatapannya langsung tertuju pada sebrang ruangan di mana pria tampan dengan rahang tegas berada. Tubuh atletis sang pria terpampang nyata dari stelan jas mahalnya yang menyempit di bagian lengan karena kedua lengan kokoh itu sedang menumpu membuat sudut siku-siku di atas meja sambil memegang kertas berisi data yang harus diperiksa. Rambut tebal nan hitam disisir kebelakang, tapi terlihat ada sejumput anak rambut nakal keluar dari tatananan rambut mengenai keningnya. Rena tidak menyangka pimpinan tertinggi di perusahaan sebesar ini masih sangat muda, yang ada dipikirannya adalah lelaki paruh baya dengan kepala botak dan berperut buncit, mungkin terdapat kumis tebal di bawah hidungnya juga postur tubuh yang sedikit pendek, bukan tubuh menjulang dan tegap yang seperti ia liat saat ini. "Selamat siang Pak, saya Rena dari Bank BUMN, mau minta tanda tangan Pak Andra untuk permohonan payroll," ucap Rena diakhiri senyum manis. Andra yang sedang fokus menatap layar laptop dan sesekali membaca sambil menandatangani berkas yang ada di tangannya hanya berucap, "Masuk!!! Duduk!!" Tanpa melihat kearah Rena. Rena mengikuti perintah pria itu dengan duduk di sofa yang ada di tengah-tengah ruangan dan menunggu. 10 menit... 20 menit... Rena masih sabar duduk menunggu sang Presdir tampan menyelesaikan hal yang sepertinya sangat penting sampai memerlukan perhatian lebih dari pria itu. Sesekali Rena mencuri pandang ke arah pria yang di mejanya terdapat papan nama bertuliskan Kallandra Arion Gunadhya, tapi pria dengan nama panggilan Andra itu seolah tenggelam dalam dunianya sendiri. Sementara jam sudah menunjukan waktu makan siang, cacing dalam perut Rena mulai meronta minta diberi makan, tadi pagi Rena hanya sarapan s**u dalam kemasan saja karena tidak ingin terlambat sampai di kantor. Keinginan terbesar Rena saat ini adalah berdehem untuk mengintrupsi mengambil alih perhatian sang Presdir, tapi aura yang terpancar dari wajah beliau begitu dingin dan kelam sampai Rena mengatur nafasnya agar tidak bersuara. 30 menit …. 45 menit …. Entah sudah menit keberapa Rena lelah menghitung, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka diikuti masuknya sosok pria yang tidak kalah tampan dengan Andra menyapa Rena sangat ramah. "Hai Nona manis, sedang apakah gerangan Anda berada di singgasana tuan muda Andra?” Mata Rena mengerjap beberapa kali, kesempatannya terbuka lebar untuk memberitahu Andra bahwa dia adalah makhluk kasat mata yang menapak di bumi ini dan sedari tadi berada satu ruangan dengannya. “Perkenalkan ... saya Ricko, Direktur Pemasaran," sapa Ricko sambil menyodorkan tangannya. "Saya Rena dari Bank BUMN, saya mau meminta tanda tangan pak Andra untuk permohonan Payroll di Bank kami," jawab Rena sambil menjabat tangan Ricko dengan senyum yang juga tidak kalah ramah. Andra teperanjat, ia lupa sedari tadi ada gadis cantik yang menemainya di ruangan itu. "Kenapa dari tadi kamu diam saja?! Bawa ke sini berkas yang harus saya tanda tangan.” seru Andra seraya mengernyitkan dahi. Tatapan pria itu begitu dalam hingga nyaris membuat Rena tenggelam. Rena berjalan menghampiri Andra perlahan dengan perasaan dongkol meski begitu tetap berusaha keras berekspresi seramah mungkin tidak lupa melengkungkan senyum di bibirnya. Berdiri di samping Andra dengan jarak cukup dekat membuat Rena bisa mencium aroma parfum maskulin yang menguar dari tubuh si Presdir dingin dan mampu membuat jantung Rena berdetak kencang. "Apa aku terlalu dekat?" batin Rena bertanya lalu mundur sedikit memberi jarak setelah memberikan aplikasi yang harus Andra tanda tangani. Setelah sang Presdir selesai menandatangani form yang diberikan Rena maka selesai juga lah tugas si Bankir cantik itu, Rena pamit undur diri kepada Ricko dan Andra. "Hey Nona manis, punya permen?" panggil Ricko setengah berteriak karena Rena sudah hampir sampai di depan pintu membuat gadis itu menghentikan langkah kemudian berbalik. "Heu ... Enggak punya, Pak …,” balas Rena polos dan bingung kenapa seorang Direktur pemasaran menanyakan permen padanya. "Kalau nomor handphone punya?" tanya Ricko lagi dengan senyum sejuta harap dan mata penuh binar. Sekarang Rena tahu maksud pria Direktur Pemasaran itu, Rena memberikan senyum penuh maklum sebagai jawaban kemudian membungkukan sedikit tubuh lalu berjalan mundur sambil menutup pintu ruangan bertuliskan Presiden Direktur. Cukup sering Rena mendapat godaan receh seperti itu, dan dirinya tidak memiliki kewajiban untuk memberikan nomor ponsel, berharap seulas senyum yang tadi dia berikan bisa membuat sang Direktur Pemasaran mengerti. "Lo tuh ya, setiap cewek lo godain minta nomor handphone lah minta no rekening lah ... Sampe office girl di kantor om Salim aja lo deketin!" seru Andra ketus. "Yaaa ... namanya juga usaha keluar dari zona jomblo! Memangnya elo!" balas Ricko sambil berlalu hendak meninggalkan ruangan Andra. Tapi sebelum langkah panjang Ricko sampai ke pintu, Andra melantangkan suara dari kursi kebesarannya. "Hey, mau ngapain lo ke sini tadi?" suara kencang itu mampu menghentikan langkah Ricko. Tentu saja Andra bertanya karena Ricko datang lantas pergi tanpa mengutarakan apa keperluannya. "Barusan Santi bilang, ada cewek cantik udah satu jam di ruangan lo belum keluar juga, gue cuma mau mastiin itu cewek enggak kenapa-kenapa," jawab Ricko santai kemudian melengos keluar tidak lupa menutup pintu ruangan sahabat yang merangkap sebagai bosnya. "Sialan ...," gumam Andra mengumpat dan entah kenapa ujung bibirnya tertarik membuat sebuah lengkung senyum. *** Sesampainya di kantor, Rena langsung menyerahkan semua berkas dan aplikasi yang baru saja ia bawa dari kantor AG Group kepada Pak Rudi-kepala cabangnya. “Makasih ya Ren, istirahat dulu sana!” kata Pak Rudi yang tampak senang karena berhasil memenuhi salah satu target Cabang. “Baik, Pak.” Rena keluar dari ruangan Pak Rudi. Rena mempercepat langkah sembari memegang perutnya yang mengerut karena lapar menuju kantin di belakang gedung kantor. Sesampainya di kantin Rena memesan makanan kesukaanya lalu duduk di sudut kantin, berharap tidak ada yang mengganggu karena kali ini ia akan berkonsentrasi melahap makanan mengisi perut. Tapi kecantikan paras Rena membuat setiap orang selalu ingin menyapa dan berbincang dengannya. Beberapa menit setelah Rena duduk, Dio dari bagian prioritas ikut duduk pula di depannya. "Makan apa Ren?" tanya Dio basa-basi. "Tuuh, pesen lotek sama tempe mendoan," saut Rena sambil mengendikan dagu kearah makanan yang baru saja tersaji di atas meja. Sebenarnya Rena sedang malas bicara tapi tidak bisa mengusir Dio karena lelaki itu begitu baik padanya maka akhirnya mereka berdua berbincang sembari makan siang. Rena bercerita tentang keluh kesahnya hari ini mulai dari nasabah prioritas yang marah-marah tadi pagi dan Presdir tampan yang sudah membuatnya menunggu lama. “Enggak apa-apa, Ren … tapi ‘kan berhasil dapet payroll hari ini.” Dio memberi semangat. “Iya sih!” Rena bergumam dan bergegas melanjutkan makan siangnya karena dia harus gantian dengan Mia yang belum istirahat. Bank BUMN di mana Rena bekerja kebetulan tidak menerapkan sistem tutup Cabang sementara selama istirahat jam makan siang jadi bagian front Liner harus bergantian untuk istirahat, sholat dan makan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
299.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
153.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
228.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
178.1K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
5.0K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
19.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
11.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook