Mario melangkah perlahan ke dalam kamar Viola. Kakinya menapak lantai dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Ia mengamati setiap inci tubuh Viola yang tertidur pulas, nafas gadis itu teratur, damai, tak menyadari keberadaan Mario yang kini berdiri tepat di samping ranjangnya. Tangannya terulur, menyibakkan beberapa helai rambut dari wajah Viola. Ia menggeram pelan. Begitu dekat, begitu mudah untuk menggapai Viola. Tapi ia menahan diri. Belum sekarang. Belum saatnya. Ia bukan hanya ingin tubuh Viola. Ia ingin menghancurkan Ezra terlebih dahulu. Pria itu telah mencuri segalanya. Waktunya membalas. Mario duduk di tepi ranjang. Ia membuka ponselnya dan mengambil beberapa foto Viola yang sedang tidur. Wajahnya dingin. Di pikirannya, rencana sudah sangat matang. Viola tidak akan bisa l