Bab 19

1121 Kata

Hari sudah malam, hujan turun perlahan membasahi kaca jendela kamar yang tertutup rapat. Viola duduk di pojok ruangan dengan selimut tipis membungkus tubuhnya. Matanya sayu, tapi bukan karena mengantuk. Ia tidak tidur sejak dua hari lalu. Ia hanya menunggu kesempatan. Menunggu celah. Menunggu momen untuk membalikkan semuanya. Sudah dua hari ia dikurung di villa itu. Tidak ada sinyal. Tidak ada alat komunikasi. Makanan dikirimkan sekali sehari. Pengawalnya hanya datang saat diminta. Dan yang paling sering masuk ke kamar itu... adalah Mario. Pintu terbuka. Tubuh tinggi besar itu masuk dengan hanya mengenakan handuk putih melilit pinggang. Air dari rambutnya masih menetes ke lantai kayu. Otot perutnya terlihat jelas. Tapi Viola hanya memalingkan wajah, tidak terkesan sedikit pun. “Masih di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN