Bab 24

1415 Kata

Hujan turun lagi. Langit kota menggurat kelam, disinari temaram lampu-lampu gedung. Di dalam apartemen, Viola duduk di kursi makan dengan ekspresi tegang. Matanya tak pernah lepas dari layar ponsel, menatap pesan terakhir dari Mario yang belum dihapus. Kata-kata itu menempel di kepalanya seperti parasit: ‘Kau sudah memilih untuk melawan. Maka jangan menangis ketika semua yang kau cintai mulai kugenggam satu per satu. — M.’ "Viola," panggil Nara dari dalam dapur. "Kau yakin kau nggak mau keluar kota malam ini? Kita bisa ke Bandung. Atau ke villa keluargaku di Puncak. Mario nggak akan ketemu kamu di sana." Viola tak menjawab. Nafasnya pendek, otaknya terlalu penuh. Ia tahu Mario bukan ancaman kosong. Dan firasat buruknya malam ini makin menguat. TOK. TOK. TOK. Suara ketukan pintu keras

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN