Part 17

1027 Kata

Pria tersebut mencengkeram erat tangan Sandira. Tersenyum dingin menatap wajahnya. "Napa bang? Senyum-senyum? Kagak cakep juga!?" Mengibaskan tangannya dari genggaman tangan pria misterius itu. Sandira melangkah lebar keluar dari gereja tua tersebut. Saat tiba di ujung jalan kakinya hampir terpeleset di ujung tebing. "Trak! Gluduk! Tuk! Cash!" Beberapa bebatuan runtuh ke dasar jurang beberapa sentimeter dari tempat kakinya berpijak sekarang. Pria tadi berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri, dia menatap tajam ke arahnya. Tatapan matanya begitu dingin seperti es di musim salju. Tanpa ekspresi, tatapan dingin dan datar. "Kenapa?! Takut mati? Sana lompat saja! Bukannya kamu ingin pergi dari sini?" Ujarnya sadis tanpa belas kasih, pria itu segera berbalik lalu melangkah pergi dari sana.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN