Sandira menatap kuku jarinya, darah milik vampir tadi berwarna hitam. Dia menebas tubuh vampir tersebut. Rencananya untuk membantu tim George berjalan sesuai dengan keinginannya. Sandira merasa kalau vampir yang dia habisi barusan masih memiliki beberapa rekan sejenis di dalam kasino. Wanita itu segera mencuci kedua tangannya pada westafel, Sandira menatap jemari tangannya. Noda pada kukunya sudah bersih, perlahan kukunya yang tadinya runcing dan memanjang telah kembali ke sedia kala. Selesai membersihkan kedua tangannya, Sandira tidak segera keluar dari dalam toilet. Wanita itu malah bersandar santai pada sisi westafel, berdiri memunggungi cermin sambil melipat kedua tangannya. “Kalau dia vampir, kenapa malah memburuku? Seharusnya dia bisa mendeteksi aroma tubuhku.” Gumam Sandira, dia

