Sejak Vanilla merasakan jantungnya berdetak kencang saat berada di dekat Darrel kemarin, Vanilla meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah respon tubuhnya karena Darrel adalah matenya. Vanilla menepis perasaannya sekuat tenaga. Sejak kejadian kemarin, hari ini Vanilla mati-matian menghindari Darrel. Ia tidak berani berhadapan atau berlama-lama berada di dekat Darrel, karena jantungnya mungkin akan berulah lagi. "Vanilla, sepertinya aku harus pulang," ujar Melisa, nada suaranya terdengar lesu. "Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Vanilla. Melisa mengangguk. "Bibiku harus dirawat di rumah sakit, penyakitnya semakin parah dan aku harus menemaninya," jawab Melisa sendu. Vanilla menghela napasnya. "Baiklah jika itu keputusanmu, jadi kapan kau akan balik?" tanyanya. "Siang ini," balas Melisa. Ma