18. Runtuh

1174 Kata
Usai nikahi putri kurator terkenal Hendrawan Darmaji, Ares Pramudya tertangkap basah di klub malam dengan Giandrani Pradipta! Ada apa?   Pagi itu, Bara sudah muncul di kediaman Ares bahkan saat lelaki itu masih tertidur dengan pulas. Bara atas izin Eyang Uti yang juga sudah seperti neneknya sendiri dan juga Jani menerobos masuk ke kamar utama untuk menghampiri Ares dan melemparkan ipadnya kepada Ares. Tepat mengenai punggungnya.   “Aduh, apaan sih!” Ares bangun merasakan punggungnya dihantam sesuatu. Dengan mata setengah terpejam, Ares bangkit dari tempat tidur dengan ekspresi siap mengajak peran siapa saja yang sudah mengganggu tidurnya.   “Lo yang apaan!” Seruan Bara berhasil membuat Ares mengumpulkan nyawanya lebih cepat. Lelaki itu sudah membuka mata lebih lebar demi menatap laki-laki yang berdiri di ujung tempat tidurnya sambil berkacak pinggang. “b******k lo Res, kapan sih lo mau berhenti berulah?”   Ares mengerjapkan mata. Bara sering mengomeli Ares, baik sebagai bos atau sebagai kakak. Tetapi selama ini Bara tidak pernah betul-betul marah kepada Ares seperti saat ini. Melihatnya saja sudah membuat Ares menciut.   “Ada apa sih Bang, kok lo pagi-pagi ngamuk?”   “Lo ngapain sama Giandrani?” tanya Bara dengan nada tajam. Tatapannya lurus, seolah siap menguliti Ares jika lelaki itu bergerak sedikit saja.   Ares mengernyitkan dahi. Dari mana Bara tahu… “s**t! Jani ngadu ke lo, Bang?” tanya Ares panik. Lelaki itu bahkan nyaris melompat dari tempat tidurnya, “Dia bilang apa sama lo?”   “Nggak ada hubungannya sama Jani.” Bara menatap Ares serius. “But wait, istri lo tahu?”    Ares berkedip. Jadi bukan dari Jani, lalu siapa?   Bara menunjuk ipad yang beberapa menit lalu dilemparnya ke arah Ares. “Lo lagi jadi headline news, beberapa udah bisa ditake down tapi beritanya udah terlanjur kesebar di sosial media. Dan mungkin lima menit lagi wajah lo dan Giandrani bakal muncul di acara gosip.”   Ares dengan segera meraih ipad yang tergeletak tidak berdaya di sebelahnya. Gambarnya dan Jia ketika memasuki kelab malam secara terpisah terpampang sebagai headline berita.   “What the f**k, gimana bisa mereka dapetin ini?”   “Karena lo perginya ke tempat umum, Ares, are you fuckin dumb?” Bara memijat pelipisnya. “I’ve told you, stay away from her! Pas lo di Amerika, temen lo itu lagi jadi incaran nomer satu wartawan. Identitas pacarnya yang selalu dirahasiain itu lagi jadi buruan wartawan. Dan lo dengan stupidnya masukin diri lo ke dalam masalah!”   Ares menatap Bara. “Apa? Jia nggak bilang…”   “Yup, karena dia pintar, Res.” Bara melipat tangannya di depan d**a, emosinya yang tadi pagi meledak ketika berita pertama yang didapatkannya begitu membuka mata adalah soal Ares kini sudah mereda. Kini Bara justru sedikit merasa kasihan karena Ares sepertinya tidak tahu bahwa dirinya baru saja dimanfaatkan oleh sahabatnya sendiri, “Temen lo itu baru aja ngalihin fokus wartawan dari siapa sosok pacarnya ke lo, Res, do you get it?”   “Nggak mungkin…”   Rasanya, langit di atas kepala Ares baru saja runtuh.   ***   “Kita nggak ada pilihan lain, we should give her the role.”   “Apa?” Ares menatap Bara tidak percaya. “Lo nggak salah, Bang? Kenapa malah Jia jadi dapet peran utama buat main bareng sama gue?”   Saat ini Ares sudah berada di ruang kerja Bara yang ada di rumah bersama dengan Hendrik dan Faisal selaku managernya.   “Nggak ada cara lain. Kalau kita bilang pertemuan itu untuk kerja, seenggaknya alibinya bisa lebih diterima.”   Ares mengacak rambutnya, frustasi. “Tapi gue udah bilang, Bang, Jani juga ikut malam itu! Dia bisa dijadiin tameng, kan?”   “Gue pengen banget ninju lo sekarang, Res, asli.” Bara menatap Ares galak, “Giliran kena masalah aja lo mau tiba-tiba tampil di publik sama istri lo.”   Ares mendengus. Dia tahu dia b******k, tetapi Ares tidak tahu cara lain. Dibanding harus bertemu Jia sebagai lawan mainnya, Ares lebih baik benar-benar membawa Jani ke manapun di sisinya menjadi istrinya. Mendengar nama Jia saja rasanya darah Ares mendidih!   Bisa-bisanya Jia melemparkan Ares ke dalam masalah demi melindungi kekasihnya yang merupakan suami orang. Kalau saja malam itu Ares tidak menuruti kebucinannya untuk tidak menemui Jia, sekarang masalah ini pasti tidak akan terjadi!   “Memangnya Mbak Jani setuju? Mbak Jani kan bukan public figure, pasti risih kalau harus tampil di depan media.”   “Resiko jadi istri gue lah!”   Bara akhirnya benar-benar memukul kepala Ares saat ini. “Lo beneran b******n, Res, gue beneran nggak tega sama Jani harus nikah sama manusia kayak lo!”   Ares tidak peduli. Terserah Bara mau mengatainya b******k dan b******n berapa ribu kali, Ares mengakui itu, tetapi saat ini Ares benar-benar tidak mau berurusan lagi dengan Jia dan hanya Jani yang bisa melindunginya.   “Lo mending sekarang cari cara buat bisa jelasin ini semua ke Jani dan Eyang Uti.” Bara akhirnya menyudahi meeting dadakan mereka pagi itu. Setelah ini Hendrik dan Faisal akan ke kantor untuk mengurus masalah berita yang sudah terlanjur tersebar ke media dan mengklarifikasinya.   “Gue sih yakin kalau Jani bakal iya-iya aja, tapi masalahnya Eyang Uti! Gue pasti bakal dicincang abis sama dia! Media sialan!”   “Bukan urusan gue.” Bara mengedikkan bahunya, cuek. “Siapa suruh lo nggak mau dengerin gue dan lebih dengerin apa kata burung lo. Sana lo balik, gue mau sarapan sama Rayn.”   “Bang! Gue numpang di sini dulu deh, sampai sore…”   “Nggak.” Bara menyahut dengan cepat dan tegas. “Gue nggak mau anak gue ketemu lo, takut ketularang bejat.”   “b*****t lo, Bang!” Akhirnya dengan pasrah, Ares pun meninggalkan rumah Bara yang letaknya persis bersebelahan dengan rumah Ares.   Ares hanya bisa berharap kalau Eyang Uti belum menonton berita tentangnya pagi ini…   ***   Saat Ares masuk mengendap-endap lewat pintu samping, tubuhnya menegang ketika ternyata Eyang Uti dan Jani justru sedang berada di ruang makan menikmati sarapan mereka. Dan tentu saja, terlambat untuk Ares bisa berbalik badan dan menghindar. Karena tatapannya sudah terlanjur bersitatap dengan milik Eyang Uti.   “Siapa kamu?” tanya Eyang Uti galak.   “Eyangti…”   “Pak Totooo! Ada orang asing masuk lewat pintu samping!”   “Eyangti… Ares bisa jelasin…”   “Jelasin apa?” tanya Eyang Uti lagi, masih dengan nada galaknya. Tetapi fokusnya saat ini tertuju pada menu sarapan bubur Manado yang sedang disantapnya. “Jani, mau tambah sayang?”   “Tidak usah Eyang, ini juga masih banyak kok.” Jani akhirnya bersuara. Posisinya yang membelakangi Ares membuat suaminya itu tidak bisa menebak ekspresi apa yang sedang ditampakkannya. “Mmm, Eyang, Mas Ares…”   Ares yang mendengar namanya disebut seolah mendapatkan harapan. Harapan kalau Jani akan membelanya. Ares berjanji tidak akan mengganggu perempuan itu lagi dan membuatnya sebal jika Jani mau membantu Ares kali ini.   “Keputusan Eyang sudah bulat, Jani.” Eyang Uti meletakkan sendoknya, membuat suara berdenting cukup keras yang seketika menyentak baik Ares juga Jani. “Sini kamu, Res!” Eyang Uti kini menatap Ares, memberi perintah yang langsung dengan sigap dipatuhi oleh cucunya tersebut.   “Iya Eyangti…” Dalam hati, Ares benar-benar berharap Eyang Uti akan langsung melunak dan memaafkannya seperti yang selama ini selalu Eyang Uti lakukan.   Meski Eyang Uti juga selalu berubah galak saat Ares melakukan kesalahan, wanita paruh baya itu tidak pernah lama dalam keadaan marah. Hanya memarahi sebentar lalu langsung kembali bersikap lembut sambil memberikan pengertian, hal itu mampu membuat Ares lebih dapat langsung merasa bersalah dan segera meminta maaf dibanding silent treatment yang diberikan orang tuanya.   Oleh sebab itu, saat ini Ares benar-benar berharap Eyang Uti hanya akan memarahi Ares seperti biasa. Tidak lebih.   “Mulai besok, kamu berhenti jadi aktor!”   Langkah Ares terhenti beberapa jengkal dari meja makan. “APA?”   Kalau tadi pagi Ares merasa langitnya baru saja runtuh, kini bumi yang ia pijak pun seolah meluruh di kakinya.   Sebagian dunia Ares ada pada akting, dengan meninggalkan akting berarti sama saja Ares kehilangan sebagian dari dunianya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN