Hera menyenderkan tubuhnya ke sandaran tempat tidur sambil menunggu Idris. Tak lama kemudian terdengar bunyi gas dari arah kamar mandi. "Sorry!" teriak Idris dari dalam kamar mandi. Hera tertawa menggeleng. Hera raih ponselnya dan membuka-buka foto-foto selama liburan satu minggu di Bali. Tak terhitung jumlah foto yang diambil Idris, juga dirinya. Hampir semua momen penting didokumentasikan Idris dengan amat rapi. Setiap file foto diberi catatan penting agar mudah mengingat. Dia amati satu persatu fotonya bersama Idris cukup lama. "Idris Kamil Kashawn," desah Hera. Dia membayangkan sebuah undangan yang tertulis namanya dan nama Idris, sebuah undangan pernikahan. "Kamu manggil namaku?" "Ah. Idris? Kapan selesainya?" Hera terpekik. Tiba-tiba Idris sudah duduk selonjoran di sampingny