Hera tertawa renyah. "Kamu ikut ke kantorku. Kita lakukan di sana." "Kamu nanti nggak bisa kerja." "Bisa saja jika kita mengaturnya dengan baik," Idris mulai menekan pinggulnya ke s**********n Hera. Kali ini dia tidak lagi membimbing miliknya memasuki milik Hera. Dia sudah hafal jalannya. "Aku sering liat Om Niko membawa Tanta Sabine ke kantor. Khususnya setelah makan siang. Orang-orang kantorku juga cerita tentang Jiddah yang hampir setiap hari datang ke kantor ... nanti aku juga dong. Bawa kamu ke kantorku." Hera tergelak mendengar cerita Idris. "Aaaah," Idris melenguh lega saat senjatanya sudah benar-benar dia hujamkan ke tubuh Hera. "Oouuh." Hera balas dengan desahan. "Apa aku boleh tutup mataku, Id. Ini enak banget." Idris mendesis. "Ssssh ... yah." Entah kenapa Hera merasa