"Kamu kayak wartawan aja nanya-nanya," decak Idris. Dia menyadari dirinya dan Hera yang sama-sama polos, tapi tidak berarti tidak tahu apa-apa. "Tapi setelah itu baru nikmat." "Heraa ... kenapa kamu nanya-nanya urusan pribadi orang lain." "Entahlah, Id. Apa mungkin karena aku yang polos. Aku yang sangat ingin tau ... tapi mereka senang kok berbagi." Idris belai-belai rambut Hera sambil menatap wajah sayunya. Dulu Hera selalu bersikap tegas menolak, tapi malam ini merengek ingin mencoba. Ah Hera. "Sekarang ya, Id," pinta Hera memelas. Dia sentuh milik Idris dengan jari jemarinya. "Kamu?" Hera mengangguk. "Kamu tegang." Idris tertawa kecil. Miliknya terasa mengeras karena Hera memainkannya dengan lembut. Idris raih dua tangan Hera dengan menelusuri sela-sela seluruh jarinya. Lalu