Rania memeluk Daisy yang sudah terlelap dalam dekapannya, tubuh kecil itu bersandar damai di d**a Rania seolah dunia di sekitarnya tak pernah gaduh. Namun tidak dengan Rania. Di balik pelukannya yang lembut, telinganya tajam menangkap setiap kata yang meluncur dari balik pintu. Suara tegas Prabu dan teriakan histeris Mireya membelah malam. Ia cepat-cepat menutup telinga Daisy dengan telapak tangannya, membentengi bocah kecil itu dari kenyataan dunia orang dewasa yang terlalu bising untuk hati yang masih polos. Pertengkaran itu bukan sekadar tentang cinta yang retak. Rania bisa merasakannya. Ini tentang pergeseran makna: dari sekadar sepasang kekasih, menjadi seseorang yang memikul beban sebagai ayah. Prabu, dengan suaranya yang dalam dan dingin. “Mas! Jangan gitu, jangan karena satu hal