Hal pertama yang Dita lihat adalah langit-langit minimalis berwarna abu lembut dengan lampu sorot tersembunyi yang menyinari ruangan seperti pagi musim gugur yang sunyi. Ia mengedip pelan, merasakan udara dingin dari pendingin ruangan yang tidak biasa. Kamar itu maskulin dengan cara yang tidak dibuat-buat, dindingnya dihiasi lukisan hitam-putih bertema arsitektur klasik, rak buku yang rapi berjejer penuh literatur tebal, dan aroma khas kayu, sabun, dan sedikit bau tubuh lelaki yang matang, menggantung samar di udara. Ini bukan kamarnya. Ini… kamar Bram. Sebuah ruang yang terlalu tenang untuk dirinya yang kacau. Dan ketika pandangannya menyapu ruangan, menyadari posisi tubuhnya tergeletak di tengah ranjang luas berlapis linen kelabu yang halus, tubuhnya langsung menegang. Inikah tempat it