Malam tadi, Dita dan Bram tidak pulang ke paviliun Eyang Wireja. Atas izin sang Eyang, Bram mengajak istrinya menginap di salah satu hotel bergaya kolonial modern yang berdiri teduh di pinggir Malioboro Plaza. Bukan hotel bintang lima, namun cukup luas dengan ruang tamu bergaya etnik kontemporer, lampu gantung dari anyaman rotan, dan balkon kecil yang langsung menghadap ke jalan Malioboro yang masih sibuk meski malam telah larut. Hiruk-pikuk kota dan aroma sate arang dari pedagang kaki lima sempat menyelinap ke jendela sebelum akhirnya mereka menutup tirai dan membiarkan tubuh lelah mereka tenggelam dalam pelukan tidur. Dita langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal, masih dengan rambut separuh terurai dan kaki dingin yang menempel ke betis Bram seperti biasa. Bram hanya terseny