Bram sudah kehilangan tenaga. Tubuhnya seolah tak lagi mampu melawan. Ia hanya bisa berbaring, membiarkan lengan kirinya ditusuk jarum infus oleh tangan yang tak asing, Ashley. Ia terlalu lemas untuk menolak. Terlalu pusing untuk memperdebatkan jarak. Ashley membawanya ke salah satu ruangan khusus di klinik kampus, bukan kamar rumah sakit, tapi cukup nyaman. Dindingnya bercat putih lembut, ada jendela besar yang menghadap ke taman kecil, dan sofa tunggal di sudut ruangan. Bram berbaring di atas ranjang berselimut linen bersih, tubuhnya terasa ringan sekaligus berat di saat bersamaan. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan napas. Tapi ketenangan itu hanya semu. Ia bisa mendengar suara Ashley yang bergerak pelan di dalam ruangan. Menyalakan diffuser kecil, aroma peppermint dan lavender m