Semalam, Rania pulang ke rumah orangtuanya dalam keadaan rapuh, hampir tengah malam ketika tubuhnya akhirnya menyerah. Ia jatuh ke pelukan Mamanya dengan isakan keras, membuat Tyo dan Lestari yang baru hendak beristirahat sontak panik. Di tengah tangis yang tersendat-sendat, Rania menceritakan segalanya dengan suara yang patah, gemetar, dan kalimat yang terseret antara amarah dan luka. Tentang Prabu yang ia temukan di apartemen Mireya. Tentang kata-kata kasar yang ia dengar. Tentang kekecewaan yang menamparnya lebih keras dari tamparan fisik mana pun. Di sana, dalam hening malam yang getir, api kemarahan Tyo menyala, sementara Lestari hanya bisa menahan tangis melihat putri kecilnya hancur begini. Rania tidur dengan berbalut kelelahan, tubuh mungilnya meringkuk di ranjang yang seharusnya