Untuk pertama kalinya, Prabu makan malam di rumah Rania. Meja makan yang biasanya dipenuhi canda ringan kini terasa sedikit tegang. Suasana akrab memang masih ada, tapi ada perubahan halus dalam pandangan Tyo—yang kini tak lagi memandang Prabu sebagai kolega atau rektor semata, melainkan sebagai calon menantu yang sedang diuji diam-diam. Lestari dan Rania menyajikan sayur asem hangat dan ikan goreng kering, sambal terasi dengan irisan jeruk limau, serta lalapan segar yang mengisi aroma rumah dengan kelezatan khas rumahan. Tapi tetap saja, hawa seleksi di meja makan itu tak bisa disangkal. Terutama saat Rania duduk manis di samping Prabu, sesekali mencuri pandang dan senyum-senyum sendiri. Tyo memicingkan mata. “Awas jangan hamil duluan,” ucapnya tiba-tiba. Prabu tersedak kecil, buru-bur