Di ruang keluarga yang remang oleh cahaya sore dan aroma teh pandan dari meja kecil di sudut ruangan, Rania duduk menunduk seperti terdakwa kasus berat. Tangannya mencubit ujung kain dress-nya, jantungnya berdetak seperti genderang perang. Sementara di sampingnya, duduk seorang pria dengan postur tegap, bahu kokoh, dan ketenangan yang membuat ruang itu terasa lebih kecil daripada seharusnya. Prabu Astana Dewangga. Dosen killer yang entah bagaimana sekarang sedang melamar mahasiswanya sendiri. Berbeda dengan Rania yang lebih banyak menatap lantai, Prabu justru menatap lurus ke arah kedua orang tua Rania, berbicara dengan suara mantap dan elegan. “Pak Tyo, Bu Lestari... Saya tahu hubungan saya dan Rania dimulai dengan cara yang tidak biasa, bahkan bisa dibilang kacau. Tapi saya ingin menya