Kalandra Astana Dewangga. Nama itu diucapkan Prabu dengan suara lirih, hampir seperti doa, ketika malam kelahiran anaknya baru saja usai. Anak laki-laki mereka lahir tepat ketika seharusnya mereka menikmati makan malam romantis di rumah baru. Namun semesta punya rencana lain yang jauh lebih megah dari sekadar lilin dan piring porselen. Rania melahirkan secara normal. Malam itu juga. Prabu berada di sana sepanjang proses. Menyaksikan setiap detik perjuangan perempuan yang dicintainya, dari tangis menahan sakit, hingga peluh membanjiri wajahnya. Tangan Rania menggenggam erat jemari Prabu sepanjang kontraksi. Dan ketika tangis bayi laki-laki itu pecah untuk pertama kalinya, air mata Prabu tumpah dalam diam. Bukan hanya karena bahagia. Tapi karena tak ada kata lain yang bisa mewakili perasa