Dita terdiam sepanjang perjalanan. Kepalanya menunduk menatap jemarinya sendiri yang saling menggenggam erat di pangkuan. Setiap detik yang berlalu di dalam mobil terasa berat, bukan karena diamnya Bram, melainkan karena suara suaminya yang tengah menelpon seseorang dari lembaga, dengan istilah-istilah asing yang tidak bisa Dita pahami. Ada kalimat seperti “pemusnahan arsip tertutup,” atau “otorisasi komite independen,” yang membuat Dita tidak tahu apakah ia sedang duduk di samping suaminya... atau kepala sebuah badan intelijen rahasia. Suara Bram begitu tenang, bahkan ketika membahas hal-hal yang terdengar serius. Tapi justru ketenangan itu yang membuat Dita makin gelisah. Tidak ada bentakan, tidak ada nada tinggi. Hanya suara dingin dan tegas… dan itu lebih menakutkan dari kemarahan apa