“Bu.” Zara bingung melihat Meyda begitu masuk ke dalam ruangan langsung memeluknya dan terdengar suara isak tangisnya. Padahal posisi yang tersakiti adalah Zara pikirnya, tetapi mengapa mamanya Davendra yang menangis. “Jangan panggil ibu, kamu panggil saya Mama ya. Mulai sekarang anggap saya mama kamu ya,” pinta Meyda dengan air matanya yang berderai saat merenggangkan pelukannya. Zara semakin bingung dan tak mengerti dengan permintaan Meyda. “A-Ada a-apa sebenarnya, Bu? S-Saya tidak mengerti,” jawab Zara terbata-bata. Wanita patuh baya itu menangkup kedua tangan Zara, tatapannya begitu dalam saat pandangan mata mereka bertemu. “Tidak semuanya harus kamu mengerti Zara. Sekarang Mama akan selalu di sampingmu, menjagamu dan kedua anak-anakmu,” jawab Meyda penuh dengan berbagai maksud. Ta