Lain di hati lain di mulut, itulah Davendra. Ia merengkuh tubuh Zara seerat mungkin dan amat menyesakkan bagi wanita itu, tapi beberapa detik kemudian Davendra tersadar jika ia melakukan hal yang salah, lantas ia mengurai pelukannya dengan wajahnya yang tampak datar dan begitu dingin. Suara tamparan terdengar jelas, wajan Davendra sampai berpaling ke samping. “Mulut Anda baru saja berkata kasar! Tapi lihatlah yang Anda lakukan, Pak Dave! Buat apa Anda memeluk saya!” sentak Zara menunjukkan amarahnya. Pria itu mengusap pipinya yang masih terasa panas, kemudian lidahnya berdecak dengan keangkuhan yang terpancar dari wajahnya. “Hanya pelukan perpisahan saja, bukankah kamu tidak mau bertemu dengan saya'kan. Begitu juga dengan saya yang tidak mau bertemu denganmu lagi, Zara!” balas Davendra t