“Zara, sudah selesai belum?” tanya Davendra yang sejak tadi benar-benar menunggu di depan kamar mandi, jadi pria siaga demi wanita yang ingin ia luluhkan hatinya, sebelum benar-benar menjadi suami siaga yang sesungguhnya.
Kepala Zara bergerak lambat menoleh ke sebelah kiri ketika mendengar suara Davendra yang memanggilnya, matanya terpaku menatap daun pintu dengan hembusan napas beratnya.
“Zara, kamu dengar suara saya, ‘kan? Kamu nggak kenapa-napa di dalam?” Rentetan pertanyaan di balik pintu, dan terdengar kecemasan dalam setiap kalimatnya.
“Wah, benar aneh ini pak Dave? Aku tuh lagi buang hajat malah pakai ditanya segala!” gumam Zara, jadi kesal sendiri.
“Zara, saya masuk ke dalam ya!” seru Davendra tampak tidak sabaran, karena ia belum mendapat jawaban dari wanita itu.
“Hei, jang
