Setelah mengucapkan kalimat itu, Mikail tidak merespons. Katarina mengernyit, menatapnya dengan ekspresi kesal karena tidak mendapatkan tanggapan. “Mikail?” Dia memanggil nama suaminya berulang kali, merasa frustrasi dengan keheningan yang diberikan Mikail. “Mikail, kau dengar tidak apa yang aku katakan?” desaknya, nadanya penuh emosi. “Aku sedang memberimu kesempatan! Kau bisa mendengar atau tidak?” Namun, Mikail tetap diam. Hanya senyum tipis yang muncul di wajahnya, semakin mempermainkan emosi Katarina. Kemudian, tanpa berkata apa-apa, Mikail mulai melangkah maju, perlahan, membuat Katarina terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Mata pria itu menatapnya dengan intensitas yang tak biasa, begitu tajam dan mendalam, seolah-olah menelusuri setiap detail wajahnya. Katarina mulai gugup.