Daria berada dalam ruang bawah tanah yang gelap dan berbau lembap, di balik jeruji besi yang dingin dan berkarat. Udara di sekitarnya dipenuhi aroma busuk, campuran tanah basah dan besi berkarat yang menyatu dalam kegelapan. Tidak ada cahaya matahari yang menembus ke dalam ruangan ini, hanya cahaya remang-remang dari obor di lorong yang kadang berkedip lemah, seolah ikut sekarat bersamanya. Dia tidak tahu sudah berapa lama dirinya di sini. Sehari? Dua hari? Mungkin tiga. Waktu telah kehilangan maknanya di tempat ini. Tidak ada pagi, tidak ada malam, hanya keheningan pekat yang sesekali dipecahkan oleh suara tetesan air dari langit-langit batu yang retak. Kelelawar atau tikus mungkin merayap di kegelapan, tapi Daria bahkan tidak peduli. Luka-luka di tubuhnya sudah mengering, tetapi rasa s