Ardan menjawab, “Tentu saja, Sus. Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Bahkan kalaupun kampung Tangga Teparo… atau apalah itu namanya. Sungguh semengerikan yang kau ceritakan. Bukankah jauh lebih baik untuk membawa lebih banyak orang ke sana agar misterinya terpecahkan?” tanya pemuda itu balik. Kedua mata tetap serius menatap jalan raya. Entah serius dalam arti sesungguhnya atau hanya berusaha mengalihkan fokus dari bahasan saja. Susi terdiam. Bukan karena membenarkan. Tapi, mulai merasa usaha buat Ardan paham berujung pada kesia-siaan. Ia terlihat tak akan dengarkan. Tidak peduli apa yang berusaha ia katakan. Bahwa kengerian mengenai kampung Tangga Teparo. Bukanlah isapan jempol belaka. ”Bagaimana? Tidak bisa jawab balik, ’kan?” tantang Ardan. Ia melanjutkan, ”Itu berarti jauh