* Usai (dipaksa) menghabiskan semua makanan bergizi tinggi di atas piring (walau sama sekali tidak selera) yang dibawakan oleh sang pelayan pribadi, Brotho. Pemuda yang dipanggil Pakurmatan tersebut melangkah menuju sebuah ruangan besar seperti aula yang berada di lantai pertama. Langkahnya yang tetap tanpa tenaga dikawal oleh beberapa orang pria yang semua berpakaian putih dengan model sama. Tidak jauh dari sana, Brotho, yang kali ini tidak mendapat tugas mengawal langsung hanya mengamati situasi. Memastikan si Pakurmatan menepati janji yang baru saja ia ”sepakati”. ”Anda benar-benar tidak akan merasakan cahaya matahari di luar sana lagi, Pakurmatan. Sampai buat mereka curiga walau hanya sedikit saja,” pikirnya khawatir. Kekhawatiran tentu tidak hanya pada diri si pemuda. Tapi, pada dir