dunia malam

1227 Kata
Pria itu langsung membawa Naya masuk ke dalam kamar VIP, dan pria itu khususkan untuk bercinta dengan Naya, hingga berani membayar kamar yang menurutnya harus sesuai dengan harapan. "Kau tahu, aku tidak suka bercinta dengan cara lembut. Aku lebih suka bercinta dengan kasar, dan bahkan aku sangat suka bercinta dengan suara teriakan dari mulut sexi mu." Ujar pria itu sambil mencubit gemas bibir Naya, membuat Naya semakin ketakutan, ditambah lagi pintu sudah di tutup oleh pria itu. pria itu mulai mendekati Naya, dan bersamaan itu juga Naya beringsut mundur, membuat pria itu semakin bersemangat untuk segera melakukan aktifitas panas dengan Naya. "Tuan, beri saya waktu sebentar. Saya ingin menanyakan suatu hal dengan anda." Pinta Naya ingin mengulur waktu. "Tanyakan nanti saja jalang." Ujar pria itu yang langsung mendorong tubuh Naya hingga terjatuh kelantai. "Tolong jangan! Aku mohon." Pinta Naya penuh permohonan. Pria itu semakin bersemangat untuk segera bercinta dengan Naya, karena pria itu mengira Naya bukan ketakutan yang benar-benar ketakutan, tapi hanya menjalankan perannya sebagai wanita malam, karena pria itu sudah mengatakan bahwa ia lebih suka bercinta dengan cara paksa hingga mengundang jeritan dari Naya. Pria itu langsung mendorong tubuh Naya hingga terlentang di atas ranjangnya, dan pria itu langsung menindih tubuh Naya hingga membuat Naya berteriak meminta tolong. Karena Naya merasa masa depannya sudah hancur, apalagi pria itu sudah bermain di bagian gunung kembarnya, akhirnya Naya pun pasrah. Saat pria itu mulai menyingkap kain segitiga Naya, dengan spontannya Naya menendang pusaka kebanggaan pria itu dengan kuat, hingga pria itu langsung terjatuh ke lantai, dan Naya langsung menggunakan kesempatan tersebut untuk melarikan diri. Naya berlari keluar dari kamar tersebut, sambil membenarkan pakaiannya yang sudah koyak. Naya melihat ke belakangnya, yang ternyata pria itu tengah berusaha mengejarnya. Dengan segera Naya menambah kecepatannya, hingga Naya yang melihat kamar dengan pintu yang sedikit terbuka, membuat Naya merasa memiliki kesempatan untuk bersembunyi di balik kamar tersebut. Naya masuk ke dalam kamar tersebut, dan malah masuk ke dalam kamar mandi tanpa berpikir terlebih dahulu. Naya tidak tahu kalau kamar mandi yang dianggap tempat persembunyian malah membawa Naya ke dalam lubang masalah, yang ternyata nasib Naya tidak jauh berbeda kalau saja Naya tidak melarikan diri. "Siapa kau? Keluar dari sini!" titah pria dewasa itu dengan tegasnya. Di saat Naya mendapat perintah agar keluar dari kamar mandi itu, bersamaan itu juga Naya mendengar suara pria yang suara itu adalah suara yang baru saja Naya kenal. Dengan segera Naya Langsung melompat naik pada tubuh pria itu dengan posisi berada dalam gendongan pria itu. Beruntungnya pria itu mampu menahan diri agar tidak jatuh ke lantai. Dan yang lebih beruntungnya lagi bagi Naya, selain pria itu tidak jatuh, ternyata pria itu menahan kaki Naya yang melingkar di pinggang Al, agar tubuh Naya tidak merosot ke bawah. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau perbuat sampai pria itu mengejarmu hingga ke kamarku? "tanya pria itu dengan nada berbisik. Naya yang mendapat pertanyaan tersebut langsung membungkam bibir pria itu dengan bibirnya, karena Naya yakin kalau sampai dirinya mengatakan pada pria itu, otomatis akan terjadi perdebatan di antara mereka, hingga nanti persembunyian Naya diketahui oleh pria yang mencarinya itu. Ternyata tindakan Naya tidak tepat, niat Naya ingin menutup mulut pria pria itu agar tidak banyak bertanya ternyata membangkitkan gairahnya. Setelah dirasa Naya tidak mendengar suara apapun di kamar itu, Naya Langsung melompat turun dari gendongan pemilik kamar tersebut. "Terima kasih Paman. Karena Paman sudah mau menolongku. "Ujar Naya sambil bernafas lega, membuat pria yang dipanggil Paman itu langsung melorotkan matanya pada Naya. "Sejak kapan aku memiliki keponakan sepertimu? "tanya pria itu sambil menarik dagu Naya hingga keduanya saling bertatap muka. "Ah, Paman. Bisa saja candanya. Kalau aku memanggil Paman dengan sebutan nama kan nanti kurang aja. Gak sopan." Ujar Naya sambil melepaskan tangan pria itu dengan pelan. "Panggil saja namaku. Lebih baik kau memanggilku dengan sebutan nama saja." Ujarnya lagi yang ternyata masih tetap tidak terima dipanggil Paman. "Siapa namanya?" tanya Naya "Albi." Jawab pria itu, memberi tahu siapa namanya pada Naya, berharap wanita muda di depannya itu tidak lagi memanggilnya Paman. "Baiklah. Kalau begitu saya ucapkan terimakasih karena Paman sudah mau menolongku." Ujar Naya yang lagi-lagi memanggil Albi dengan sebutan Paman. "Dimana letak telingamu? Aku sudah mengatakan kalau kau bisa memanggilku dengan sebutan nama." Ujar Albi dengan kesalnya "Baiklah. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih." Ujar Naya yang langsung membalikkan badannya untuk keluar dari kamar mandi. Al yang melihat pergerakan Naya yang akan keluar dari kamar mandi segera menahan pinggang Naya, hingga Naya merasa kesulitan untuk bergerak. "Tidak bisa semudah itu kau pergi dari sini." Bisik Al tepat di daun telinga Naya, serta tangan yang mulai menyingkap kemeja Naya yang menutupi bahu Naya. Melihat mulusnya kulit Naya, Al pun langsung menarik kemeja Naya, hingga 3 kancing kemeja Naya terputus, dan memperlihatkan kulit mulus Naya sampai pada d**a Naya. Sejak Naya berada dalam gendongan Al, adik kecil Al sudah bangun, terlebih saat Al melihat kulit mulus Naya, Al semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Al semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Naya, hingga Naya merasakan hembusan nafas hangat dari Al. "Sejak kapan kamu berada di tempat macam ini? Kalau aku liat kamu masih belum terbiasa di dunia malam seperti ini?" tanya Al dengan nada berbisik "Ba-baru sekarang." Jawab Naya terbata, namun tetap jujur. "Kau datang dan minta bantuan denganku, lalu kau ingin pergi begitu saja setelah aku memberimu tumpangan untuk berlindung. Apa semudah itu?" ujar Al seakan-akan merasa tidak ikhlas memberi pertolongan pada Naya. Al mengecup pundak Naya lembut, dan tangan kiri Al menyingkirkan rambut Naya yang terurai hingga ke samping dan memperlihatkan leher belakang Naya yang sama terlihat mulus. Al menarik kemeja Naya hingga terlepas semua kancing kemeja Naya. Al melempar kemeja tersebut ke sembarang arah, dan ternyata di balik kemeja itu, tubuh Naya terbungkus oleh dress sexi. Mata Al sampai tak berkedip melihat penampilan Naya yang sebenarnya. Yah, ternyata Naya memakai kemeja itu hanya untuk menutupi penampilan nya yang sangat memperlihatkan lekuk tubuhnya. Naya tidak hanya didandani wajahnya saja oleh Mora, tapi dengan penampilannya juga. Al yang masih terpesona dengan penampilan Naya tidak melepaskan pandangannya. Naya yang merasa tubuhnya mulai kedinginan langsung memeluk lengan sendiri dengan tangan yang lainnya. Al yang melihat Naya kedinginan, langsung memeluk Naya dengan sangat erat, membuat mata Naya membola sempurna saat merasakan sentuhan adik kecil Al dengan pah4nya. "Paman, lepaskan aku." Pinta Naya yang mulai merasakan hawa panas "Kau harus bertanggung jawab untuk menidurkan dia." Ujar Al yang langsung mendapat gelengan kepala dari Naya. Al yang tidak menerima penolakan dari Naya, langsung menggendong Naya dan membawanya ke luar. Al melempar tubuh kecil Naya ke ranjang, lalu menindih tubuh Naya dan melumat bibir Naya dengan rakusnya. Naya berusaha berontak, karena Naya merasa nasibnya tidak jauh berbeda dengan nasib sebelum dirinya masuk ke dalam kamar Al. Al menyudahi permainan bibirnya. Al mengusap sisa air liurnya di sekitar bibir Naya. Naya pikir Al akan berhenti di situ, ternyata Al tidak berhenti disitu. Tangan Al mulai menyentuh d**a Naya yang terekspos indah dipandang, membuat Naya semakin merasa gelenyar aneh di tubuhnya. Tidak dipungkiri Naya sedikit lebih menerima disentuh Al daripada disentuh pria yang sudah membayarnya pada Mora, karena kalau Naya boleh jujur, Naya akan lebih baik disentuh oleh pria yang menurutnya jauh lebih tampan daripada pria tua yang kalau Naya tebak sudah berkepala 5. "Aku akan bertanggung jawab untuk menidurkan adik kecil Paman." Ujar Naya yang berhasil membuat Al langsung menghentikan pergerakan tangannya yang terus mengusap d**a Naya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN