Akibat berminggu-minggu tak bisa makan, pasti semakin sulit untuk mendapatkan pembuluh darah di lenganku yang cocok untuk dilewati jarum infus. Aku bersyukur bidan Ika, teman SMAku ini, sangat telaten dan sabar. Dia tidak langsung menusuk kulitku, tapi melihat dan meraba kedua pergelangan tanganku. Setelah memilih dengan cermat pembuluh darah yang sesuai, barulah Ika menusukkan jarum berukuran kecil, yang seharusnya dipakai oleh anak-anak, di lengan kananku. Jika tidak cermat memilih, bisa berulang kali kulitku ditusuk demi memasang infus ini. Pasti akan membuatku merasa kesakitan. “Alhamdulillah, Ika jagoan. Sekali tusuk langsung berhasil. Biasenye yang masang infus ke aku pasti bolak-balik nusuk karena pecah terus pembuluh darahnye.” “Kite kan udah lama kenal, Ika taulah kalo Puspa ni