Menghadapi Nia sama halnya dengan menghadapi Burhan. Keduanya sama-sama menakutkan dengan aura yang membuat nyali Mega menciut seketika. Wanita paruh baya itu datang bersama seorang asisten, ia tidak pernah bepergian seorang diri seolah dunia terlalu berbahaya untuknya. Dalam situasi yang sedikit mencekam itu, Mega harus menghadapi Nia seorang diri. Rei sudah terlebih dulu berangkat ke kantor dan kini hanya tinggal dirinya sendiri atau mungkin Nia memang sengaja memilih waktu yang tepat, dimana Rei tidak bisa membela atau melindungi Mega. “Nyonya mau minum apa? Kebetulan Pak Rei tidak ada di rumah.” “Saya tahu!” Jawabnya ketus. “Saya datang untuk menemuimu, bukan Rei.” Mega menundukkan kepalanya, tidak berani menatap ke arah Mega dimana wanita itu menatap penuh kebencian padanya

