Said memang di buat merenung melihat teman-teman Icin yang baru pertama kali ia kenal. Dulu Icin memang sempat bercerita jika ia tergabung dalam geng paling keren yang pernah ada, ia kira keren itu karena prestasi akademik atau non akademik tapi ternyata salah. Said tidak sedang menyayangkan putrinya bergaul dengan tiga belas perempuan muda tadi, ia hanya tidak bisa membayangkan bagaimana putrinya bertahan berteman dengan mereka. Cemilan tadi siang saja kalau di hitung-hitung sudah ratusan ribu. Sekali duduk habis segitu lalu apa kabar putrinya? “Papa mikirin apa?” tanya Rega yang tidak menyahut sapaannya barusan. “Eh, kamu ngapain kemari? Teman-temanmu sudah pada pulang?” Rega memberikan anggukan dan kembali bertanya apa yang mengganggu pikiran ayah tirinya itu. Meskipun hanya ayah

