9.1

1541 Kata

Icin menangis sepanjang jalan, ia juga memukul punggung abangnya untuk melampiaskan kekesalannya. Ia tidak mengerti kenapa masalah selalu mendatanginya tiada henti. Dimas juga entah ada dimana, padahal mereka sudah punya beberapa rencana untuk menggagalkan pernikahan Icin. Ah, Icin lupa, ia yang meminta Dimas untuk menjauh darinya. “Turun!” Arez kembali memberikan perintah sambil menoleh ke belakang. “Ish, ingus kamu tuh! Jangan nempel-nempel abang!” teriak Arez jijik pada ingus adiknya. Dalam benaknya Arez tidak mempercayai bahwa dari dulu Icin sama sekali tidak berubah. Adiknya ini selalu menangis jika terjadi sesuatu bahkan yang baik sekalipun. Entah apa yang menyebabkan adiknya ini begitu takut dengan perubahan. Dulu saat ia dan Dimas sudah tidak pacaran lagi Icin menangis seperti

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN