Pagi itu, Eloise terbangun oleh sentuhan lembut dan ciuman yang bertubi-tubi di seluruh wajahnya. Ia membuka matanya perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang lembut menerobos melalui tirai. Di hadapannya, Niccolo tengah tersenyum nakal, menunduk menciumi wajahnya dengan penuh kasih. “Maaf, Sayang. Aku membangunkanmu,” bisik Niccolo dengan nada bersalah, tapi ada kehangatan dalam suaranya yang tidak bisa disembunyikan. Eloise hanya tersenyum tipis, tidak ada rasa marah sama sekali. Sebaliknya, dia mengeratkan pelukannya di bawah selimut, merasakan kehangatan tubuh Niccolo yang juga polos di sampingnya. Mereka berdua saling berpelukan erat, tubuh mereka kembali bersatu dalam kehangatan pagi setelah semalam yang indah. Niccolo menatap wajahnya dengan lembut, jari-jarinya mengusap