Pagi ini, Bagus dan Cantika sudah bersiap untuk melakukan perjalanan menuju desa yang sejuk sesuai keinginan Cantika.
Bagus dan Cantika memang sengaja tak memberi kabar pada dua keluarga besarnya. Ia hanya menitip pesan pada asisten rumah tangganya untuk bilang kalau mereka sedang perjalanan bulan madu.
Dalam perjalanan, Cantika menjemput Sonya, perempuan malam yang terobsebsi menjadi kaya dengan menerima tawaran Cantika untuk di titipi benih suaminya selama sembilan bulan.
"Sonya!!" panggil Cantika dengan suara keras saat kaca mobil ia turunkan.
Mobil sport berwarna kuning dengan label cap mahal membuat Sonya semakin terpana. Ternyata Cantika dan keluarganya se -kaya itu.
"Hai Nona manis. Kita berangkat sekarang?" tanya Sonya pada Cantika.
Bagus hanya menatap Sonya sekilas. Gaya wanita nakal itu semua sama. Mungkin ini pilihan tepat Cantika. Benar kata Cantika, memesan kupu malam itu hanya uang yang di inginkan bukan hati, perasaan dan anak. Rasa cinta mereka sudah mati dengan materi. Ketulusan mereka juga sudah mati karean obsesi gila mereka ingin menjadi seorang kaya raya tanpa harus bekerja keras.
"Masuk Sonya. Bawa kopernya ke dalam. Kita harus bergegas. Perjalanan kita cukup jauh," titah Cantika penuh semangat.
Sonya adalah gadis malam berusia sekitar dua puluh tujuh tahun. Ia memang berniat untuk berhenti menjadi seorang kupu malam dan menerima tawaran fantastis dari Cantika.
Rambut pendek dengan bandana berwarna kuning dan sepatu high heel warna putih. Kaos ketat putih dan bawahan rempel super pendek berwarna kuning. Sonya hanya menatap sekilas ke arah Bagus dari spion tengah. Lelaki tampan dengan gaya super kece yang menjadi supir bagi Cantika. Jelas itu adalah Bagus, suaminya.
"Ganteng sekali," batin Sonya mengagumi makhluk Tuhan yang sempurna itu. Tapi jelas, Bagus tidak akan mau dengan wanita hina seperti Sonya. Lagi pula setelah kontrak ini selesai ia bisa menikmati kekayaannya dan berlibur ke luar negeri.
Sonya menatap ke arah luar jendela mobil. Ia menikmati bagai nyonya besar yang sedang di antar berlibur.
"Sonya ... Sonya ...." panggil Cantika dengan suara agak keras.
Sonya masih asik melamin dan tersenyum sendiri ke arah jendela kaca mobil itu. Entah apa yang sedang ia lihat dan entah apa yang sedan ia lamunkan dalam pikirannya.
"Sonya?" panggil Cantika kembali dan menggoyangkan kaki Sonya pelan agar Sonya terbangun dari lamunannya.
"Eh ... Iya kenapa Nona?" tanya Sonya yang terjejut dan terlihat gugup. Apalagi kedua matanya tak sengaja menatap kembali kemarah spion tengah tepat saat Bagus juga menatap ke arah Sonya dari spion yang sama.
"Kamu melamun? Masih ragu atau kenapa?" tanya Cantika pelan.
"Ekhem ... Tidak apa -apa. Hanya menikmati perjalanan saja. Sudah lama saya tidak melakukan perjalanan jauh," ucap Sonya beralasan. Sonya selalu memiliki banyak alasan tepat untuk menutupibrasa paniknya saat ini.
Cantika malah terkekeh.
"Sayang ... Kita cari makan dulu. Tadi kita juga belum sarapan," pinta Cantika dengan manja.
"Iya sayang. Kamu mau makan apa?" tanya Bagus pelan smabil menarik kepala Cantika agar berada di pelukannya. Bagus ingin menunjukkan pada Sonya, bahwa hubungannya dengan Cantika itu baik -baik saja dan bahkan mesra agar Sonya tidak berubah di kemudian hari.
Saat pertama melihat Sonya. Bagus merasa akan ada sesuatu yang terjadi di kemudian hari. Tapi, ia hanya pasrah mengikuti keinginan istrinya.
"Hemm ... mulai manja kan," ucap Cantika lembut sambil memeluk tubuh Bagus.
Mereka memang terbiasa seperti ini. Saling bermanja dan mengungkapkan kata mesra dan romantis. Bagus mengecup pelan kening Cantika.
"Mau makan apa?" tanya Bagus pelan sambil fokus menyetir.
"Hemm ... apa saja, yang penting makan. Mungkin Mas punya request mau makan apa?" tanya Cantika lembut.
"Lagi pengen udang. Boleh?" tanya Bagus pelan.
"Boleh. Jangan banyak -banyak, Mas kan alergi," cicit Cantika mengingatkan.
Sonya hanya menatap pemandangan di depan, bagai menonton drakor yang super romantis. Pasangan suami istri di depannya ini sungguh membuatnya iri.
Sebenarnya Sonya sudah tak percaya lagi pada lelaki. Dulu, keperawanannya di jual kepada pria tua oleh pacarnya sendiri. Setelah itu, pacarnya kabur membawa uang dan meninggalkan Sonya begitu saja.
Saat itu, posisi Sonya tinggal sebatang kara. Ia harus bertahan hidup dan mencari pekerjaan demi memyambung hidup. Samapi pasa akhirnya ia menjadi perempuan malam yang telah tidur dengan beberapa lelaki.
Skip ...
Enam jam kemudian ...
Cantika, Bagus dan Sonya sudah sampai di desa terpencil. Ketiganya keluar dari mobil dan menggerakkan tubuh mereka karena pegal hampir seharuan berada di dalam mobil.
Rumah sederhana namun terkesan elegan dan minimalis. Ada sepasang asisten yang tinggal di sana untuk merawat rumah itu. Runah itu adalah rumah milik Cantika dulu sewaktu kedua orang tuanya masih bersama. Kini kedua orang tuanya berpisah dan sudah memiliki pasangan baru dan hidup bahagia.
Beban ini yang selama ini ia tutupi bersama Bagus dari keluarga besar Bagus yang masih keturunan ningrat. Jika keluarga Bagus tahu kalau Cantika adalah gadis broken home maka hubungannya tidak akan di setujui sampai pernikahan. Kebetulan sekali Bagus berhasil menutupi semuanya dan kedua orang tua Cantika juga kompak untuk membantu menutupi kebahagiaan keluarga kecilnya deni kebahagiaan putri tunggalnya.
Bagus memberikan kunci mobilnha pada asisten lelaki bernama Pak Mur. Lalu oa menghampiri Cantika dan memeluk lalu mencium Cantika begitu saja seperti biasa.
Sekali dua kali mingkin Sonya akan ikut hanyut dalam permainan mereka. Tapi lama kelamaan Sonya malah ingin memiliki keluarga ituh seperti Cantika dan Bagus. Pasangan sempurna yang saling mencintai dan menyayangi.
"Hawanya enak banget buat bulan madu," bisik Bagus mesra.
"Malam ini boleh denganku tapi malam besok, Mas harus buat anak sama Sonya," ucap Cantika pelan. Tak ada raut kekecewaan sedikit pun. Malahan Cantika tanpak riang dan begitu semangat. Suaminya mau buat anak sama wanita lain malah Cantika terlihat bahagia. Benar -benar istrinya ini sudah pasrah dengan keadaannya.
"Mas ... mau selamanya sama kamu. Mas yakin, kamu bisa hamil lagi?" ucap Bagus lembut.
"Aku ingin cepat bisa menggendong anak. Kalau memanh aku bisa hamil, aku tidak akan membedakan kasih sayang anakku dengan anak dari wanita lain," ucap Cantika pelan.
Bagus hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Sulit sekali merayu Cantika kalau sudah memiliki keinginan kuat dan pilihannya sama sekali tidak bisa di ganggu gugat.
Cantika membalas pelukan Bagus.
"Bukankah Mas ingin Cantika bahagia?" tanya Cantika pelan.
"Ingin sekali. Ya sudahlah. Kita masuk yuk," ucap Bagus pelan menggandeng Cantika.
Sonya sudah lebih dulu masuk ke dalam dan mendapatkan satu kamar tidur di bagian tengah. Sedangkan Cantika dan Bagus tidur di bagian utama kamar.