Hari mulai petang, Bagus dan Cantika sudah duduk di teras depan sambil menunggu waktu makan malam. Semua urusan selama berada di desa itu akan di lakukan oleh asisten rumah tangganya Bu Mur.
Cantika duduk santai di kursi kayu yang panjang dengan kaki lurus memanjang berselonjor. Daster panjang yang sedikit tipis menjuntai hingga lantai plester yang dingin.
Bagus sibuk dengan laptopnya. Ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ia tunda dan sama sekali tidak bisa di tinggalkan. Bagus hanya ijin beberapa waktu untuk membawa istri kesayangannya berlibur. Jadi, Bagus memohon agar bisa mengerjakan tugas kantornya secara online.
Cantika sendiri sibuk dengan akses media sosialnya yang berakhir pada membaca novel online atau menonton drama korea yang makin membuatnya candu. Hanya itu hiburan untuk dirinya.
Bagus melirik istrinya yang cantik lalu kembali fokus lagi pada pekerjaannya sambil menyeruput kopi hitam yang sudah habis sejak tadi.
"Ekhemm ... Sayang ... Kopi ku habis," cicit Bagus dengan manja.
Cantika langsung meletakkan ponselnya dan duduk sejenak lalu bangkit berdiri membawa gelas kosong ke belakang tanpa bicara apapun.
Itulah Cantika, istri penurut yang tidak banyak bicara. Apalagi Bagus sedang sibuk dengan pekerjaannya. Cantika hanya menemani dan sesekali memberi perhatian kecil dengan memijat bahunya agar suaminya merasa lebih rileks.
Saat berada di dapur, Cantika membuatkan kopi dan membawakan makanan untuk Bagus sekalian. Rencananya malam ini, Cantika ingin merengkuh kebahagiaan menikmati puncak asmara sebelum esok malam Cantika merelakan suaminya melakukan hubungan badan dengan perempuan bayaran Cantika hanya untuk seorang keturunan.
"Nona Cantika, boleh saya makan duluan. Atau memang harus menunggu Nona dan suami Nona juga?" tanya Sonya pelan.
Gayanya memang bar -bar tapi tutur katanya lembut dan sangat sopan.
"Makan saja sesuka kamu tanpa harus menungguku dan suamiku. Anggap saja rumah kamu sendiri. Lakukan seperti biasanya saja saat kamu berada di rumah. Aku akan urus suamiku. Jangan lupa besok malam, tolong persiapkan betul semuanya dengan baik. Aku tidak ingin rwncanaku gagal," pinta Cantika pada Sonya.
"Baik. Saya tidak akan mengecewakan anda, Nona Cantika," ucap Sonya lantang.
Sonya lebih dulu duduk di salah saru kursi meja makan dan menikmati makan malamnya sendirian saja. Sesekali ia hanya memandangi rumah yang nyaman sekali. Ia harus banyak bersyukur dan mengucapkan terima kasih pada Cantika yang tepat memberikannya pertolongan masalah keuangan di saat ia juga ingin berhenti sebagai wanita malam.
Cantika keluar dari dalam dan melerakkan satu nampan berisi sat cangkir kopi hitam untuk menemani suaminya bekerja dan satu piring makan besar berisi makanan yang lengkap dengan nasi, sàyur serta lauk pauk.
"Mas ... Makan malamya aku suapin saja ya?" ucap Cantika pelan.
Bagus menatap Cantika dan mengangguk pelan.
Perlahan dan sangat telaten sekali, Cantika menyuapi Bagus suaminya hingga makanan di piring makan itu habis tak bersisa di nikmati oleh keduanya sambil bercanda.
"Kamu lupa bawa air?" tanya Bagus pelan.
"Oh iya. Biar Cantika ambilkan, Mas," cicit Cantika lembut.
"Tidak usah sayang. Biar Mas yang ambil sekalian mau ke kamar mau ambil sesuatu," ucap Bagus lembut mencegah Cantika yang sudah akan berdiri dan masuk ke dalam rumah sederhana itu.
"Baiklah Cantika tunggu di sini," ucap Cantika pelan.
Bagus masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju dapur. Ia menatap Sonya, wanita yang ia bawa dari kota atas permintaan istrinya. Pakaiannya sangat kurang pantas sekali. Sonya yang terbiasa memakai baju seksi sudah tidak malu bila di perhatikan oleh kaum adam.
Bagus berusaha biasa saja dan nampak datar serta tenang. Sikapnya yang vuek dan dingin selalu ia pertahankan di depan oeang banyak. Itu sudah menjadu ciri khasnya. Tatapan Bagus ke depan dan sama sekali tak menoleh ke arah Sonya dan menganggap Sonya tidak ada
"Malam Tuan Bagus," sapa Sonya yang masih menikmati makan malamnya saat Bagus melewatinya menuju kulkas di ujung ruangan.
Bagus hanya menjawab sekenanya, "Malam."
Sonya mengunyah makanan sambil memutar kedua bola matanya malas. Ini adalah lelaki yang besok akan ia layani hingga ia bisa hamil dengan lelaki dingin seperti ini. Rasanya tidak mungkin bisa berhasil kalau begini.
Saat ini saja, Sonya sama sekali tidak di lirik oleh Bagus. Bayangkan saja, Sonya sengaja memakai dres tipis dan pendek tanpa memakai pakaian dalam sehingga jelas terlihat tembus pandang. Tapi sama sekali tak membuat Bagus menikmati pemandangan indah itu bahkan terkesan mengabaikan.
Bagus sudah berjalan kembali ke depan. Ia tidak jadi ke kamar tidurnya untuk mengambil sesuatu. Ia keluar menemui Cantika.
"Kenapa Mas? Kayak habis lihat hantu saja," tanya Cantika pelan. Bagus seperti gugup dan terburu -buru.
"Suruh Sonya pergi dari rumah ini. Mas gak suka lihatnya," ucap Bagus tang memang sangat tidak suka melihat gaya dan cara berpakaian Sonua yang memang seorang kupu -kupu malam.
Cantika memegang erat tangan Bagus dan mengecup punggung tangan itu berkali -kali.
"Mas ... Bukankah kita sudah sepakat kemarin?" tanya Cantika lembut.
Bagus menatap ke arah lain. Ia tak sanggup melihat wajah istrinya yang merengek dan memelas. Itu sungguh membuat hati bekunya luluh. Bagus hanya bisa luluh dengan sentum dan rengekan manha Cantika.
"Cantika ... Jujur Mas itu gak mau begini," ucap Bagus bingung.
Cantika berdiri dan kini ia sengaja duduk di pangkuan Bagus. Ia sedang merayu dan menggoda suaminya. Sikap Cantika yang begini yang membuat Bagus sama seklai tak berkutik. Cintanya terlalu besar untuk Cantika sehingga ia tak pernah bisa menolak keinginan Cantika. Rasa sayangnya pun sungguh luar biasa besar untuk istrinya membuat Bagus selalu mengalah demi kebahagiaan sang istri.