Keduanya sudah berada di peraduan malam pertama mereka dulu. Ya, dulu setelah menikah mereka tinggal di rumah ini berdua saja selama satu minggu. Mereka berdua memadu kasih dan bermesraan setiap hari bajkan setiap detik.
Ungkapan rasa cinta dan sayang dari bibir Bagus selalu tercurah tanpa rasa bosan dan tak pernah terhenti.
Tubuh mereka sudah polos tanpa sehelai kain yang menutupinya. Semua bantal di tumpuk menjadi satu untuk menyangga kepala dan punggung Cantika agar lebih nyaman saat berada di bawah kungkungan tubuh gagah Bagus. Selimut tebal pun di singkirkan dan mereka hanga beguling -guling slaing mendekap erat di kasur peraduan mereka.
Tirai kelambu sudah di tutup rapat. Kamar tidur juga sudah di kunci. Lampu kamar tidur sudah di padamkan. Sunyi sekali tanpa ada suara aneh kecuali suara jangkrik dan katak yang memang biasa ikut bernyanyi mengiringi senyapnya malam yang semakin larut dan dingin.
Berulang kali Cantika mendesah kegelian menikmati sapuan lembut bibir Bagus yang terus mengecupi seluruh tubuh Cantika yang mulusndan indah.
Bagus tak pernah bosan dan tak pernah sedikit pun berpikir untuk meninggalkan Cantika dalam keadaan apapun.
"Arghh ... Sayang ...." lirih Cantika yang sejak tadi memegang kepala Bagus dan sedikit menjambaknya saat lidah Bagus mulai nakal memainkan kuncup semeru yang mulai mengeras. Dua gunung semeru itu di gabungkan dan di nikmati secara rakus oleh Bagus hingga Cantika mengerang kenikmatan.
"Kamu menikmatinya, Sayang?" tanya Bagus lirih saat mendongakkan kepalanya dan menatap Cantika yang sedabg menatap wajah suaminya dengan rasa puas dan bahagia.
"Aku suka Mas. Kamu selalu tahu, apa yang aku suka sejak dulu," ucap Cantuka memuji.
"Tentu. Karena Mas ingin kamu selalu bahagia dengan Mas. Mas ingin kamu selalu puas dengan apa yang Mas berikan agar kamu tak kan bisa berpaling lalu melupakan Mas begiti saja," ucap Bagus pelan.
"Hey ... Kenapa jadi bicaranya ngelantur? Bukankah kita lagi menikmati malam ini dengan malam kepuasan kita. Jangan rusak suasananya Mas. Sampai kapan pun, Cantika akan selalu berada di sisi Mas Bagus dalam suka dan duka. Kita jodoh akhir di dunia dan di akhirat. Cantika tak mau menggantikan Mas dengan siapa pun dan apapun juga. Tidak akan," ucap Cantika lantang.
Bagus merangkak ke atas dan mencium bibir Cantika lembut. Ia tak mau berdebat dengan Cantika dan mengakhirinya dengan sebuah ciuman yang lama -lama ciuman itu menjadi panas dan berhasrat.
Di sela -sela ciumannya, Bagus berbisik," Kamu selalu menjadi prioritas Mas, Cantika. Kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan Mas juga."
Ini baru awal keduanya memulai lagi menikmati alur perjalanan rumah tangga mereka yang sempat terpuruk karena kehilangan bayi mereka akibat kecelakaan maut. Cantika yang sempat depresi pun tak lantas membuat Bagus meninggalkan istri kesayangannya itu. Ada juga, Bagus mencari cara untuk bisa menyembuhkan Cantika dari rasa depresinya dan traumanya. Alhasil, semua yang ia lakukan berhasil selama satu bulan ini. Cantika sudah sembuh dan sudah kembali pulih seperti sedia kala. Hanya saja, kesembuhannya malah membuat Bagus terhenyak denagn permintaan tidak wajar Cantika pada dirinya.
Bagus mengusap pipi Cantika yang terlihat tirus selama sebulan ini. Tubuh Cantika menyusut dan mengecil. Tapi Bagsu tetap suka pada tubuh Cantika yang telah membuatnya candu sejak dulu.
Tangan Cantika juga mulai bergerak berjalan ke arah pinggang dan b****g Bagus.
"Masukkan Mas. Sudah saatnya. Cantika sudah basah," pinta Cantika yang sudah merasa ingin sekali menikmati kepuasan secara bersamaan dengan suaminya.
Bagus malah menggigit bibir Cantika dan tertawa. Bagi Bagus ini belum saatnya. Ia masih ingin membahagiakan Cantika dengan cara yang lain.
Tubuhnya kembali merangkak ke bawah dan mulai memberikan sensasi lain untuk meningkatkan adrenalin darah istrinya yang agar terpacu hingga naik ke ubun -ubun.
Bagus sudah mulai menciumi aroma khas yangbsudahlama ia rindukan. Satu bulan ini ia benar -benar berpuasa dan mati rasa untuk hasratnya. Melihat Cantika yang terus menangis saja sudah membuatnya sedikit purus asa. Saat itu Bagus hanya takut Cantika menjadi gila karena tidak bisa meneruma takdirnya.
Perlahan lidahnya mulai di julurkan dan mulai memainkan dengan pelan dan lembut hingga Cantika menggelinjang hebat. Bokongnya sedikit terangkat saat sensasi nimmatbitu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.
Kedua tangan Bagus memegang erat kedua paha Cantika agar tetap diam dan menikmati semua perbuatan m***m dari suaminya itu.
Mendengar desahan Cantika dan alur napas yang mulai terasa berat dan memburu membuat Bagus semakin nakal memasukkan lidahnya makin dalam.
"Arghhh ... Mas ... berhenti sayang," ucap Cantika lirih. Cantika terus memegang rambut Bagus erat. Mulutnya bisa bicara berhenti tapi tangan Cantika malah terus menekan kepala Bagus agar menenggelamkan lebih dalam lagi dan lagi.
Bagus melepas dan Cantika membuak kedya matanya menatap Bagus. Ia segera bangkit dengan peluh yang sudah basah di punggungnya. Tangan Cantika menarik kedua lengan Bagus dan mebawa tubuh kekar itu berada di atasnya. Lalu Cantika berguling ke samping. Bagus hanya tersenyum simpul ia tahu apa yang akan di lakukan oleh Cantika saat ini.
Apalagi kalau bukan ingin membahagiakan Bagus semalaman.
Pusaka Bagus sudah tegak berdiri dan keras menegang. Cantika langsung naik di atas tubuh Bagus dan memasukkan pusaka itu perlahan dan ... blush ... masuk semua tanpa ada sisa yang tertinggal.
Bagus tersenyum puas. Sejak kapan istrinya mulai nakal seperti ini. Cantika itu jarang sekali mencari gerakan lain. Ia hanya berpangku pada gaya misionaris saja. Mungkin masih malu atau belum terbiasa. Tapi hari ini dan malam ini, sungguh berbeda. Cantika benar -benar lenuh hasrat dan gelora birahinya terus meningkat.
Bagus menikmati permainan Cantika yang terus bergerak di atas Bagus dengan luwes.
Cantika memejamkan kedua matanya dan terus bergerak naik turun mengikuti alurnya dan menikmati setiap gerakan yang di buatnya hingga menghasilkan kenikmatan yang tak terkira rasanya.
"Mas ... Kalau Cantika mau keluar sekarang boleh? Cantika sudah gak tahan," ucap Cantika lirih sambil menahan napas.
Bagus menatap Cantika dan mengangguk pelan. Cantika mulai fokus dan Bagus juga mulai menyeimbangakan gerakan Cantika. Kalau bisa keduanya mengeluarkan secara bersama agar sama -sama melepas kenikmatan itu secara bersamaan.
Gerakan Cantika makin cepat dab Bagus ikut terhanyut dan ikut memegang pinggang Cantika dan terus bergoyang hingga Bagus dan Cantika berteriak bersamaan dengan suara keras dan saling menikmati rengkuhan kenikmatan.
"Sayang ... Mas juga mau keluar," teriak Bagus dengan cepat.
"Eungh ...." Cantika hanya melenguh merasakan dunianya sendiri.
Tak berselang lama keduanya melemas dan saling berpelukan dalam kelelahannya.
"Semoga ini bisa menjadi janin dan kita punay anak lagi," harap Bagus berbisik dan mengecup pipi Cantika.
"Iya Mas," jawab Cantika singkat.
Tubuhnya snagat lemas sekali. Napasnya masih belum beraturan.