Tamu-tamu mulai grasak grusuk melihatku duduk sendirian di depan penghulu tanpa kehadiran pengantin prianya. Aku mencoba menahan airmata agar tidak jatuh, aku harus tetap cantik dan elegan meski jantung ini rasanya mau berhenti berdetak. Aku yakin Pak Arya tidak akan pernah menyakitiku seperti ini, aku tahu dia cinta dan nggak mungkin tega meninggalkan cintanya seperti ini. "Acara jadi dilanjutkan? Sudah tiga puluh menit kami menunggu," tanya pak penghulu sengaja berbisik setelah hampir tiga puluh menit kami menunggu tanpa kepastian. Ponsel Pak Arya mati dan Pak Rabian pun tidak tahu di mana keberadaan ayahnya. "Sebentar ya Pak, mungkin pengantin prianya kena macet di jalan, saya mohon bapak bersabar ini ujian dalam melatih kesabaran," balasku mencoba membuat lelucon meski sangat g