“... Aku harus segera ke sana karena pria bodoh itu akan terus menungguku sampai aku datang...” *** Prang "Kamu apa-apaan sih?" gerutu Surya, sudah jongkok untuk membereskan pecahan mangkok. Naya menarik tangan Surya. "Ikut aku." Tatapannya tajam, hingga mampu menggerakkan Surya untuk menurut. Si ibu membereskan mangkok yang pecah. Dia ngedumel tidak jelas. Yang kudengar, dia kesal sama Naya. Aku membantunya. "Itu teman kamu keliatannya sombong. Kayaknya anak orang kaya, ya. Nggak heran lihat kelakuan anak jaman sekarang. Buang-buang makanan kayak udah bisa cari duit sendiri. Padahal masih minta mamak. Beda sama Surya. Dia mandiri dan nggak pernah boros, apalagi sombong. Padahal sawahnya berhektar-hektar di kampung," cerita si ibu. Sekarang beliau mencuci tangan di wastafel.