Chapter 13

1083 Kata
“Hari ini?” Tanya Chandra yang dibalas anggukan oleh Christoff. “Aku sudah menyuruh Layla mengiriminya e-mail dan dia bilang akan berangkat ke sana dua jam lagi” Ucap Christoff. “Kenapa kau selalu memberi info dadakan? Siang ini aku ada janji” Ujar Chandra. “Janji dengan klien?” Tanya Christoff. “Bukan” Jawab Chandra ragu. “Batalkan saja kalau begitu” Ucap Christoff. “Kau saja yang pergi ke sana, okay?” Bujuk Chandra. “Memang kau memiliki janji dengan siapa?” Tanya Christoff memicingkan matanya pada Chandra membuat pria jangkung itu menghela nafas. “Baiklah. Aku pergi” Ucap Chandra mengalah. Dari pada ia menjawab pertanyaan Christoff, ia lebih memilih mengalah dan membatalkan janjinya siang ini. Dan sesuai janji Chandra, saat ini pria itu tengah dalam perjalanan menuju Canberra untuk menemani Amber meninjau rumah yang telah jadi dua hari lalu itu. setelah menempuh perjalanan tiga jam lebih, akhirnya pria itu sampai di lokasi yang diberikan Christoff padanya dengan sebuah rumah yang cukup besar terpampang di hadapannya.    Saat Chandra berjalan mendekati rumah itu, ia melihat seorang wanita berdiri memunggunginya sembari berbicara dengan seseorang di telepon. Dari ucapan wanita itu, ia mendengar bahwa wanita itu sedang menggerutu.    “Miss Juliza” Panggil Chandra menginterupsi wanita yang masih menggerutu itu. Wanita itu pun berbalik saat mendengar suara Chandra dan langsung terkejut saat melihat pria itu. “Nanti aku telepon lagi” Bisik wanita itu pada si penelepon kemudian menyimpan ponselnya di tas. “Anda Miss Juliza, benar?” Tanya Chandra pada wanita itu. “Aku Elena Ann. Aku mewakili Amber untuk meninjau rumah ini” Ucap Elena. Yap, hari ini Amber meminta tolong pada Elena untuk meninjau rumah itu. Alasan pertama karena ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya terlalu lama. Dan alasan adalah ia tak ingin bertemu Christoff. Untuk itu, ia juga tak tahu kenapa. Ia hanya tidak ingin bertemu dengan pria itu meski mereka bertemu untuk urusan pekerjaan.    “Ah, maaf. Saya Chandra, saya juga mewakili Mr. Lewis ke sini karena beliau tiba-tiba memiliki urusan mendadak” Ujar Chandra. “Tidak apa-apa” Ucap Elena sembari tersenyum. “Mmm... Bagaimana kalau kita langsung ke sana saja” Ajak Chandra. “Ah, ya. Ayo” Ucap Elena kemudian mulai berjalan bersama Chandra menuju rumah berlantai dua yang telah jadi tersebut. Mereka berdua pun memulai tur mereka terhadap rumah itu. Elena pun mengamati setiap sisinya dengan teliti. Tak lupa dengan perbincangan kecil di antara mereka berdua yang membuat Elena senang bukan main. Ternyata keputusannya menerima permintaan Amber untuk menggantikan wanita itu tidak salah. Ia malah merasa tidak ingin mengakhiri tur singkat ini dengan cepat.    -------                            “Bukan wanita itu yang datang” Ucap Chandra kesal begitu ia sampai di penthouse Christoff jam 10.00 malam dari Canberra. “Apa maksudmu?” Tanya Christoff sembari duduk di hadapan Chandra sembari meminum bir kalengnya. “Aku ke sana dan bukan dia yang datang, tapi temannya” Jawab Chandra. “Oh” Gumam Christoff kemudian kembali meminum minumannya. “Oh? Aku membatalkan janjiku hanya untuk menemui klienmu” Kesal Chandra. “Klien bosmu adalah klienmu juga” Ucap Christoff. “Kau selalu menyalahgunakan jabatanmu” Gerutu Chandra. “Lagi pula kau memiliki janji dengan siapa sampai kau marah seperti ini? Kau ‘kan tidak punya pacar” Ucap Christoff. “Atau dia memang pacarmu?” Tanyanya. “Bukan!” Bantah Chandra. “Wow. Santai saja, bro. Aku hanya bertanya” Ucap Christoff. “Sudahlah. Aku mau pergi mandi” Putus Chandra sembari berdiri dari duduknya. “Mandi? Mandi di sini?” Tanya Christoff. “Kau pikir aku akan mandi di mana?” Tanya Chandra. “Di apartemenmu” Jawab Chandra. “Kau pikir aku akan pulang ke apartemenku dalam keadaan lelah seperti ini?” Tanya Chandra. “Memang siapa yang menyuruhmu ke sini?” Tanya Christoff. “Jarak penthouse-mu lebih dekat dari apartemenku” Ucap Chandra kemudian mulai berjalan menuju kamar mandi Christoff. “Itu urusanmu! Pulang dan mandilah di apartemenmu sendiri!” Teriak Christoff yang dibalas debuman pintu kamar mandi oleh Chandra membuat pria itu menghela nafas. Bukan. Bukan karena kelakuan Chandra yang seenaknya, melainkan karena Amber yang juga menyuruh temannya untuk menggantikan dirinya. Padahal wanita itu tak harus melakukan itu karena ia sendiri juga sudah memutuskan untuk tidak menemui wanita itu lagi.    -------                          Amber meregangkan otot-ototnya setelah bekerja selama beberapa jam tanpa henti. Memijat bahu dan tengkuknya yang sangat pegal. Meski begitu, ia sangat menyukai pekerjaannya saat ini. Ia pun melihat jam di jam dinding ruangannya yang telah menunjukkan tepat pukul 12.00 siang, waktu istirahat para karyawan untuk makan siang.    Saat ia berniat melanjutkan pekerjaannya kembali, tiba-tiba perutnya berbunyi bersamaan dengan hadirnya rasa lapar. Ia pun menghela nafas dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya setelah makan siang. Amber lalu membereskan berkas-berkasnya kemudian bergegas menuju kantin.    Tapi sayangnya, hari ini tempat duduk di kantin perusahaan Amber penuh lagi. Memutuskan makan tepat waktu memanglah keputusan yang salah baginya karena ia hampir tak pernah mendapatkan tempat duduk. Kalaupun ia dapat, itu juga karena ada sisa tempat dari orang yang ia kenal.    Dan karena hari ini Amber tak mendapat tempat duduk lagi, ia pun memutuskan untuk makan di restoran depan perusahaannya. Tempat makan pelariannya jika kantin perusahaan penuh sekaligus restoran yang sudah ia jamin kebersihan dan aman bagi perutnya yang sensitif.    Sebelum ke restoran tersebut, Amber harus kembali ke ruangannya terlebih dahulu untuk mengambil dompet. Karena makanan di kantin perusahaan gratis, jadi ia tak membawa dompetnya tadi. Padahal ini sudah sering  terjadi, tapi ia sama sekali tidak pernah siap untuk hal itu.    Setelah mengambil dompetnya, Amber pun bergegas ke restoran tersebut karena perutnya sudah berdemo sejak tadi meminta jatah makan. Dan di sinilah ia berada, restoran pelarian Amber. Setelah memesan makanan tadi, Amber langsung sibuk dengan ponselnya untuk membalas e-mail-e-mail yang masuk. Ya, bahkan di jam makan sekali pun, Amber tak pernah istirahat dalam bekerja. Dan telepon masuk pun menginterupsi Amber yang sedang membaca sebuah e-mail.    Elena is calling...    “Halo” Sapa Amber. “Kau di mana?” Tanya Elena tanpa membalas sapaan Amber. “Di restoran depan perusahaan” Jawab Amber. “Astaga, kenapa kau tidak mengabariku akan makan di sana. Sekarang aku berada di ruanganmu” Ucap Elena dengan nada kesal. “Kau tidak memberitahuku kalau kau akan datang” Ujar Amber polos. “Ya Lord! Baiklah. Tunggu aku di sana” Ucap Elena kemudian langsung memutuskan sambungan teleponnya. “Dia benar-benar wanita sensitif” Gumam Amber. Mengenai pertemuan Elena dan Chandra tempo hari, tentu saja Elena sangat senang hingga melampiaskannya pada Amber. Mereka berdua langsung berpesta ria di club bersama teman-teman mereka dengan Elena yang mentraktir mereka. Amber pun tak pernah berhenti tersenyum, saat mengingat betapa senangnya Elena setelah kembali dari Canberra.    Mengalihkan pikirannya tentang Elena, Amber kembali melanjutkan kegiatan, tidak, tepatnya pekerjaannya yang tertunda. Namun saat ia sedang asik membalas e-mail-e-mail tersebut, seseorang tiba-tiba saja menarik kursi di depannya dan langsung duduk di sana yang Amber yakini bahwa orang itu adalah Elena. Hingga sebuah suara terdengar di telinganya.    “Hai” Sapa orang itu yang membuat Amber terkejut saat melihat orang yang saat ini duduk di hadapannya. -------                              Love you guys~   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN