Dua bulan telah berlalu dan proyek pembangunan rumah untuk atasan Amber hampir selesai. Tanpa Christoff sadari, ia benar-benar tidak bertemu dengan wanita itu sama sekali. Dan ya, apa yang Chandra katakan memang benar. Ia masih bisa having s*x walau bukan dengan wanita itu. Meski sentuhannya sama sekali berbeda. Christoff sendiri bahkan tidak tahu apa yang berbeda, ia hanya tak merasa sensasi yang sama saat Amber menyentuhnya.
“Bagaimana rasanya mengerjakan lima proyek sekaligus?” Tanya Chandra pada Christoff saat mereka berdua sedang berada di club langganan mereka.
Saat ini, Christoff memang tengah mengerjakan lima proyek sekaligus dan mengharuskannya untuk memantau setiap proyek di lima kota yang berbeda. Yang membuatnya sedikit beruntung karena kelima proyek itu masih berada di dalam negeri, bukan di luar negeri.
“Menyenangkan. Merasakan sentuhan wanita di kota yang berbeda setiap hari” Ucap Christoff sembari tersenyum menggoda menatap seorang wanita berpakaian seksi yang juga tengah menatapnya sedari tadi. Hal itu pun tak luput dari pandangan Chandra.
“Astaga, kau benar-benar tidak bisa dijauhkan dari wanita” Gerutu Chandra.
“Bersiap saja dalam beberapa hari untuk membawa wanita itu memantau rumah atasannya” Ucap Christoff sembari meletakkan gelas yang sedari tadi di tangannya ke atas meja lalu berdiri.
“Apa?” Tanya Chandra.
“Lima belas hari dari sekarang, rumah itu sudah selesai” Ujar Christoff kemudian berlalu meninggalkan Chandra menuju wanita yang sedari tadi ia incar. Duduk di samping wanita itu, berbincang sebentar kemudian pergi dari sana menuju hotel terdekat.
Tadinya, seperti itulah rencana Christoff. Namun belum sampai mereka di hotel, pria itu telah menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sangat sepi lantaran wanita yang berada di dalam mobilnya saat ini sangat liar.
Wanita itu bermain di bawahnya sedari tadi. Karena ia tak bisa menolak itu, Christoff pun memilih untuk memberhentikan mobilnya meski ia tak suka bermain di mobil karena merasa tak nyaman. Namun apa boleh buat? Hasrat Christoff saat ini lebih kuat dari itu.
Dengan gerakan cepat, Christoff mengarahkan kepala wanita itu ke wajahnya dan melumat bibir wanita itu dengan rakus. Tak hanya itu, tangan Christoff bekerja untuk menanggalkan pakaian wanita itu dalam sekejap dan membawa wanita itu ke pangkuannya. Dengan cepat, wanita yang sedari tadi berlaku liar itu menyatukan tubuh mereka hingga menimbulkan desahan dari keduanya.
Wanita itu mulai menggoyangkan pinggulnya dengan tangan Christoff yang bermain di dadanya. Desahan demi desahan nikmat pun terus terlontar dari mulut sang wanita. Begitu pula dengan Christoff yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan itu. Namun ada satu yang Christoff tak sadari. Kalau saat ini, ia menganggap orang yang berada di pangkuannya adalah Amber.
Setelah mereka berdua merasakan puncak kenikmatan itu, barulah Christoff membuka matanya dan menyadari hal bodoh yang ia lakukan. Tapi anehnya, hal bodoh itu malah membuatnya senang dan semakin... b*******h.
-------
“Kau sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Elena pada Amber yang menatap kosong pada televisi yang menyala. Ini adalah hari sabtu sore dan mereka berdua masih bersantai ria di apartemen Amber sebelum bersiap-siap ke club.
“Ah, tidak” Ucap Amber tersadar kemudian memfokuskan kembali pandangannya ke televisi yang menampilkan berita harian Sydney.
“Akhir-akhir ini kau sering melamun. Katakan, ada apa? Apa kau punya masalah di kantor?” Tanya Elena.
“Sama sekali tidak. Aku hanya sedang memikirkan akan memakai pakaian apa nanti” Ucap Amber berbohong karena ia juga tak tahu, apa yang tengah ia pikirkan.
“Kau bohong. Kau tahu? Aku sama sekali tidak percaya dengan ucapanmu” Ujar Elena.
“Ya sudah kalau tidak percaya” Acuh Amber.
“Dasar pelit” Kesal Elena kemudian kembali memainkan ponselnya.
“Sudah jam enam, aku mau masak. Kau mau makan apa?” Tanya Amber.
“Terserah” Acuh Elena membuat Amber menggelengkan kepalanya.
“Dasar wanita” Gumam Amber.
“Memangnya kau bukan wanita?!” Kesal Elena membuat Amber terkekeh di sepanjang jalannya menuju dapur dan mulai memasak makan malam untuk mereka berdua.
Setelah selesai makan malam, mereka berdua kembali bersantai ria sebelum mulai bersiap-siap untuk pergi karena di club, jam sembilan malam masih terlalu pagi.
“Aku sudah selesai. Ayo” Ajak Elena pada Amber yang menunggunya sejak tadi.
“Aku sudah lumutan menunggumu. Tahu begini, kau saja yang siap-siap duluan” Gerutu Amber namun tetap mengikuti langkah Elena keluar apartemen.
“Aku lama untuk menampilkan hasil yang maksimal, honey” Ucap Elena sembari tersenyum manis.
Dari apartemen Amber, mereka berdua melaju menuju club menggunakan lamborghini kesayangan Elena dan sampai di sana tepat pukul 11.30 malam. Elena memberikan senyum menggodanya pada dua penjaga pintu berbadan besar membuat Amber kembali menggelengkan kepala melihat tingkah wanita itu.
Setelah mereka sampai di dalam, mereka berdua langsung disambut oleh teriakan girl power seperti biasa. Selesai mengucapkan sambutan-sambutan, barulah mereka memulai pesta yang sebenarnya.
“Am, ayo ke bawah” Ajak Elena pada Amber.
“Sebentar lagi. Di bawah masih belum ramai” Tolak Amber.
“Tidak apa-apa. Nanti juga akan ramai. Ayolah” Bujuk Elena. Amber pun menghela nafas kemudian menuruti permintaan Elena. Amber lalu meneguk minumannya sekali kemudian berdiri dari duduknya. Mereka berdua pun pamit kepada teman-teman mereka yang lain.
Di lantai bawah, tepat di dance floor, mereka menari mengikuti irama musik. Merapatkan tubuh satu sama lain menunggu pria datang pada mereka. Tertawa saat mereka melihat sesuatu yang lucu.
Namun saat Amber melihat ke sisi kanan, tatapannya langsung bertubrukan dengan seorang pria yang saat ini juga tengah menatapnya membuat Amber terkejut. Tanpa kata, ia pun segera menarik Elena yang saat ini tengah menari dengan pria yang baru saja menghampirinya. Dengan bingung Elena mengikuti langkah Amber yang berjalan menuju pintu keluar.
“Ada apa, Am?” Tanya Elena bingung. “Kenapa kau mengajakku keluar? Aku sedang...” Ucapan Elena terputus saat melihat wajah pucat Amber.
“Ada apa? Kau kenapa? Astaga, tanganmu dingin sekali” Tanya Elena khawatir sembari menggenggam tangan Amber.
“Aku melihatnya, El! Dia... Dia ada di sini!” Gumam Amber gemetar ketakutan. Elena yang mengerti pun ikut terkejut.
“Kau sungguh melihatnya?” Tanya Elena yang dibalas anggukan oleh Amber. “Baiklah, tunggu di sini. Aku akan mengambil tas dulu. Kita pulang sekarang” Pintahnya.
Namun saat Elena hendak beranjak di sana, Amber menahannya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak apa-apa. Dia tidak akan berani melakukan apapun di sini” Ucap Elena penuh keyakinan pada Amber. “Hanya sebentar. Tunggu aku di sini” Lanjutnya yang akhirnya dibalas anggukan pasrah oleh Amber.
Setelah mendapat persetujuan Amber, Elena pun bergegas masuk untuk mengambil tas mereka dan meninggalkan Amber yang menunggunya dengan perasaan takut. Ia takut orang itu berani mendekatinya lagi dan kembali menyakitinya.
Pandangannya bahkan tak berhenti menjelajah ke setiap sisi jalanan di mana hanya ada dua penjaga di depan pintu. Tak lama kemudian, Elena kembali dan langsung membawa Amber pergi dimana seorang pria yang bersembunyi dibalik tembok menatap kepergian mereka.
“Minum ini” Pintah Elena sembari memberikan minuman pada Amber setelah mereka sampai di apartemen Amber yang langsung diterima wanita itu dengan tubuh gemetar. Ia sama sekali tidak menyangka kalau reaksi tubuhnya akan seperti ini lagi saat melihat orang itu kembali.
“Aku takut, El. Aku takut dia akan menyakitiku lagi seperti dulu. Aku takut” Gumam Amber setelah meminum airnya.
“Tenangkan dirimu. Dia tidak akan berani melakukan apapun lagi padamu” Ucap Elena sembari mengusap bahu Amber. “Percayalah. Aku akan selalu berada di sampingmu” Lanjutnya kemudian memeluk Amber yang masih ketakutan.
“Apa kita perlu pergi menjauh dari sini? Ke tempat dia tidak akan menemukanmu” Usul Elena.
Untuk sesaat Amber hanya terdiam dalam pelukan Elena dengan semua rasa takutnya. Namun ia menggeleng kemudian. Ia juga tak mengerti kenapa ia menolak usulan Elena yang merupakan hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini untuk menghindari orang itu. Entahlah, ia hanya tidak ingin meninggalkan kota ini. Tapi, mungkin ia akan benar-benar meninggalkan kota ini jika ia sudah tak bisa menahannya lagi.
-------
Love you guys~