“Tidak, ganti warna itu dengan warna ini” Pintah Amber.
Saat ini ia tengah sibuk mengurus produk yang akan launching minggu depan. Dan ya, idenya untuk mengganti produk yang telah lama mereka rencanakan disetujui dengan catatan bahwa ia sendiri yang akan terjun langsung ke lapangan untuk meng-handle semuanya.
Dan di sinilah ia berada, di pabrik untuk memantau semuanya secara langsung. Karena produk ini akan dipasarkan minggu depan, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai.
“Miss, bagaimana dengan yang ini?” Tanya seorang pria yang baru saja menghampirinya sembari memperlihatkan sebuah sample padanya.
“Bagus. Kau bisa menggunakan ini” Ucap Amber setelah memeriksa sample tersebut.
“Baik, Miss” Ujar pria itu kemudian pamit pergi untuk melanjutkan tugasnya.
“Tunggu, jangan letakkan itu di sana. Letakkan di bagian itu saja” Pintah Amber.
Dan ya, begitulah ia bekerja. Memantau semuanya sendiri selama proses produksi yang hanya di lakukan empat hari, proses pengecekan selama sehari karena keesokan harinya produk baru mereka akan launching. Produk berupa kaos, mini dress, long dress, dan hoodie yang masing-masing hanya akan diproduksi lima puluh buah.
Apa kalian bertanya-tanya tentang perusahaan tempat Amber bekerja? Maka kita akan membahasnya sedikit sekarang. Amber bekerja di perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk. Mulai dari produk kecantikan, fashion, gadget, dan peralatan rumah tangga. Tak hanya itu, mereka juga bergerak di bidang desain grafis dan fotografi.
Perusahaan yang telah meluncurkan berbagai macam produk berkualitas yang digemari banyak masyarakat. Maka tak heran jika satu skandal kecil saja mampu menurunkan harga saham mereka.
Amber yang menjabat sebagai General Manajer harus mampu meng-handle semua itu. Merencanakan, memantau, mengkoordinasi, menganalisis, mengelola, semua itu harus bisa ia lakukan. Termasuk masuk masalah yang saat ini mereka hadapi serta semua berita yang menyangkut tentang kebocoran produk mereka sebelum waktu pemasaran.
Dan saat ini, timeline mereka dihebohkan dengan berita tentang mereka yang akan me-launching produk baru seminggu lebih cepat dari apa yang tersebar di media sosial. Bahkan berita tentang produk limited edition mereka tengah menjadi trending topic karena iklan yang mereka buat. Harga saham mereka pun kembali meningkat dengan drastis sesuai perkiraan Amber. Dan itulah strategi yang ia miliki untuk menutupi kerugian produk yang gagal mereka launching.
Akhirnya setelah bekerja selama satu minggu penuh, Amber pulang ke apartemennya dengan perasaan lega. Semoga saat perilisan produk mereka besok berjalan lancar. Ia tak ingin semua usaha dan pengorbanannya selama satu minggu ini berakhir sia-sia. Ia telah mengorbankan waktu tidur dan makannya, bahkan ia rela tidak pergi ke club dan having s*x hanya untuk produk baru itu.
“Bagaimana? Apa semuanya sudah selesai?” Tanya Elena begitu Amber membuka pintu apartemen. Dan ya, Elena menepati janjinya untuk tinggal di apartemen Amber sebelum wanita itu mengambil cuti. Ia bahkan telah memerintahkan pelayannya untuk membawa sebagian pakaiannya ke sana.
“Ya” Jawab Amber lemah sembari membuka high heels-nya.
“Astaga. Apa kau mendengar suaramu sendiri saat ini? Kau terdengar seperti memberikan kata-kata terakhirmu” Sindir Elena.
“Doakan saja semoga besok semuanya lancar” Ucap Amber sembari berjalan dengan lemah melewati Elena yang mengamati pergerakannya menuju kamar.
“Dasar wanita tidak peka!” Teriak Elena. “Ya, semoga besok semuanya lancar dan tidak akan akan menyia-nyiakan semua tenaga yang kau keluarkan!” Lanjutnya.
-------
“Jadi bagaimana?” Tanya Chandra pada Christoff dimana mereka kini ada di penthouse Christoff.
“Dia menyuruhku untuk tidak menemuinya lagi. Lagi pula semua hal yang berhubungan dengan kontrak proyek rumah itu juga selesai. Pembangunannya telah dimulai dan akan selesai dalam dua bulan lagi” Ucap Christoff.
“Pilihan yang bagus” Ujar Chandra.
“Dan kau yang akan menemani dia meninjau rumah itu nanti” Lanjut Christoff.
“Aku?” Tanya Chandra berharap pendengarannya salah.
“Aku yang akan menyelesaikan semuanya. Kau hanya perlu menemaninya meninjau saja” Ucap Christoff.
“Kenapa tidak kau saja?” Ujar Chandra.
“Dia melarangku menemuinya lagi” Ucap Christoff.
“Tapi ‘kan ini tentang pekerjaan, bukan tentang hal pribadi” Bantah Chandra.
“Turuti saja ucapanku. Aku bosmu” Ucap Christoff membuat Chandra menghela nafas.
“Kau selalu memanfaatkan situasi” Sindir Chandra.
“Itu fakta” Ucap Christoff.
“Ya, ya, terserah kau saja bos” Ejek Chandra.
“Ngomong-ngomong bagaimana dengan saham lima persenku?” Tanya Christoff.
“Saham lima persenmu?” Tanya Chandra tak mengerti. Namun tatapan Christoff padanya seakan mengingatkan ia dengan taruhannya tempo hari. “Astaga” Gumamnya.
“Akan kutunggu surat pengalihannya” Ucap Christoff dengan senyum miringnya.
“Tunggu. Tapi kalian tidak sampai melakukannya ‘kan? Berarti taruhannya batal” Bantah Chandra.
“Tapi kami bertemu dalam situasi yang sama. Bedanya kali ini kami tidak sampai melakukannya” Ucap Christoff.
“Tetap saja beda. Pokoknya taruhannya batal” Ujar Chandra ngotot.
“Aku punya bukti rekaman suaramu saat mengatakannya” Ucap Christoff berbohong. Pasalnya ia sama sekali tidak memiliki rekaman suara itu.
“Itu namanya pemerasan” Desis Chandra.
“Itu namanya teman, sobat” Ucap Christoff.
“Musuh berkedok teman” Sindir Chandra membuat Christoff terkekeh.
-------
“Lima menit lagi” Gumam salah satu karyawan sembari menyatukan kedua tangannya di d**a.
“Iya, astaga. Aku sampai gemetaran” Sahut yang lainnya.
Saat ini, mereka semua tengah berkumpul di satu meja dengan Amber yang duduk di kursi yang berada tepat di depan komputer salah satu karyawan. Mereka semua sedang menunggu waktu launching produk baru mereka. Mereka tidak sabar mengetahui hasil pemesanan produk itu. Kenapa sampai seheboh itu? Karena produk ini merupakan produk pengganti dengan proses produksi tersingkat selama mereka bekerja.
“Satu menit lagi” Ucap yang lain gugup. Bahkan Amber tak bisa memungkiri kalau dirinya pun tengah gugup saat ini.
“Sudah dibuka” Seru karyawan yang berada tepat di belakang Amber membuat fokus wanita itu kembali. Mereka semua pun menatap layar komputer dengan seksama di mana layar tersebut dengan gugup menampilkan jumlah pemesanan dari empat produk baru mereka yang baru saja dibuka.
“Mini dress dua” Seru salah satu dari mereka.
“Hoodie lima” Sahut yang lain.
“Long dress tiga” Timbrung yang lain.
“Kaos sepuluh” Seru yang lainnya.
Dan angka-angka yang mereka sebutkan pun terus bertambah seiring detik yang berlalu hingga satu persatu, keempat produk itu laris terjual hanya dalam waktu empat menit membuat mereka semua bersorak gembira. Saling menepuk tangan masing-masing dengan senyum ceria di wajah mereka.
Hal itu pun juga berdampak pada Amber yang masih duduk di tempatnya. Wanita itu tersenyum puas karena usahanya seminggu belakangan tidak sia-sia. Dan kini, ia hanya tinggal menyelesaikan satu masalah kecil.
Ucapan selamat dari karyawan pun membanjiri Amber saat wanita itu berdiri yang hanya dibalas senyuman oleh Amber. Setelahnya, ia berjalan menuju ruangannya lalu menelepon seseorang.
“Tolong ke ruangan saya sekarang” Pintah Amber kemudian langsung menutup teleponnya tanpa mendengar balasan orang itu.
Untuk sesaat, Amber hanya berdiri di samping mejanya menatap gedung-gedung tinggi di hadapannya. Ia tak tahu keputusan apa yang harus ia ambil saat ini. Ketukan pada pintu ruangannya membuat fokus Amber kembali. Ia pun berjalan menuju kursinya lalu duduk di sana kemudian mempersilakan orang yang mengetuk pintu tadi masuk.
“A, Anda memanggil saya, Miss” Ucap orang tersebut yang tak lain merupakan manajer administrasi.
Sejenak, Amber tak membalas ucapan manajer tersebut dan hanya menatapnya membuat wanita yang menjabat sebagai manajer administrasi tersebut lebih gugup dari saat ia masuk ke dalam ruangan Amber.
“Jika Anda jujur sekarang, saya akan menyelesaikan masalah ini dengan baik dan Anda akan tetap bisa bekerja di sini” Ucap Amber.
“A, apa maksud A, Anda, Miss?” Tanya wanita itu.
“Aku sudah mengatakannya dengan jelas” Ucap Amber membuat manajer administrasi tersebut ketakutan dan langsung berlutut di hadapan Amber sembari menangis.
“M, maafkan saya Miss. Maafkan saya” Ujar wanita itu membuat Amber menghela nafas. Walau ia sudah menduga hal ini tapi tetap saja, ia masih tak percaya kalau orang bertalenta seperti wanita itu yang melakukan semuanya.
“Kenapa Anda melakukan itu?” Tanya Amber.
“S, saya, saya terpaksa melakukannya, Miss. Saya butuh uang. Ibu saya sedang sakit dan suami saya kabur membawa semua uang yang saya simpan. Saya tidak tahu harus melakukan apa lagi. Saya sudah melapor polisi untuk mencari suami saya tapi mereka masih belum menemukannya sementara kondisi Ibu saya semakin memburuk. Saya membutuhkan uang untuk membawanya ke rumah sakit. Dan s, saat itu, saat itu, saat saya sedang dalam perjalanan pulang, seorang pria menghampiri saya dan menawarkan akan memberikan saya uang yang banyak jika saya mau membocorkan produk baru yang akan kita launching. Saya bersumpah kalau saat itu saya telah menolaknya, Miss. Tapi pria itu menawarkan saya uang lima kali lipat dari tawaran awalnya. Jadi... Jadi...” Wanita itu tak melanjutkan ucapannya karena tak bisa menahan tangisnya lagi. Ia benar-benar merasa bersalah saat ini.
“Kenapa Anda tidak meminjam uang pada perusahaan? Saya yakin perusahaan akan memberikan Anda pinjaman” Ucap Amber sedikit merasa iba pada wanita yang masih berlutut sembari menangis itu.
“P, perusahaan hanya memberi pinjaman sebanyak tiga kali dan saya telah menggunakan itu semua” Jawab wanita itu disela isak tangisnya membuat Amber menghela nafas kemudian bergelung dengan pikirannya sendiri, membiarkan wanita itu menangis.
“Untuk ke depannya, saya tidak ingin Anda melakukan kesalahan yang sama lagi” Ucap Amber membuat wanita yang tadinya menunduk itu, segera menengadahkan kepalanya dan menatap Amber.
“A, apa maksud Anda, Miss?” Tanya manajer tersebut.
“Saya tidak akan memberitahu siapapun mengenai siapa yang membocorkan hal itu. Dan saya akan membereskan semuanya” Ucap Amber sembari tersenyum.
“Tidak, Miss. Tidak. Saya akan mengundurkan diri karena kesalahan yang saya lakukan. Anda tidak perlu membereskan masalah yang harusnya menjadi tanggung jawab saya” Ujar wanita itu.
“Maka dari itu, bekerjalah di sini selama mungkin untuk membayar kesalahanmu itu. Saya tidak melakukan ini secara gratis. Saya meminta tenagamu sebagai gantinya” Ucap Amber membuat sang manajer administrasi itu kembali menangis.
Selain alasan itu, Amber juga tidak rela jika salah satu karyawan bertalenta seperti wanita di hadapannya ini harus mengundurkan diri. Walau ia tahu, kalau kesalahan wanita itu sangat fatal. Tapi, wanita itu melakukannya karena terpaksa dan ia tak bisa menghakimi wanita itu begitu saja. Terlebih karena alasan yang wanita itu berikan membuat Amber teringat masa lalunya. Masa lalu yang ingin ia lupakan selamanya.
-------
Love you guys~