Chapter 10

1562 Kata
“Sebenarnya apa masalahnya?” Tanya Christoff frustasi pada Chandra. “Harusnya kau tanya itu pada dirimu. Apa yang telah kau lakukan hingga membuatnya pergi seperti itu” Ucap Chandra. “Aku bersumpah tidak melakukan kesalahan apapun sampai dia bertanya apa kami pernah bertemu sebelumnya atau tidak” Ujar Christoff. “Lalu?” Tanya Chandra. “Tentu saja setelah itu dia tahu kalau kami pernah bertemu dan melakukannya” Jawab Christoff. “Kau sudah bertanya kenapa dia pergi begitu saja?” Tanya Chandra. “Tidak” Jawab Christoff. “Dasar bodoh. Kenapa tidak kau tanyakan?” Kesal Chandra. “Menjawab dia mau ke mana saja tidak dia jawab, apalagi pertanyaan seperti itu” Balas Christoff yang ikut kesal. Chandra menghela nafas. Ia sungguh tak mengerti mengapa sahabatnya ini memiliki kisah percintaan yang cukup rumit seperti ini. Wait, percintaan? Ia agak tidak yakin dengan itu. “Kalau begitu coba tanya pada temannya saja, yang waktu itu datang mewakili dirinya menemuimu” Usul Chandra. “Bagaimana caranya? Aku saja tidak memiliki kontaknya” Ucap Christoff. “Bukankah kantor memiliki semua data pengunjung?” Ujar Chandra. “Astaga, kau benar” Ucap Christoff yang baru mengingat bahwa setiap orang yang masuk ke perusahaannya harus mendata diri mereka terlebih dahulu. “Itulah gunanya otak” Cibir Chandra. “Berhenti mengatakan itu!” Kesal Christoff. -------                            “Kenapa kau tidak cuti saja untuk sementara? Kau masih terlihat sangat lelah” Tanya Elena sembari bersedekap memandangi Amber yang saat ini tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja. “Aku sudah istirahat kemarin” Ucap Amber. “Apa menurutmu membalas e-mail tentang pekerjaan termasuk istirahat? Kemarin memang hari libur tapi kau sama sekali tidak pernah meletakkan ponselmu sedetik pun hanya untuk membalas e-mail-e-mail itu” Omel Elena yang sejak malam itu memang menginap di apartemen Amber yang juga tidak keberatan dengan hal itu.    “Aku tidak bisa cuti, pekerjaanku akan semakin menumpuk nanti” Ucap Amber. “Lalu bagaimana kalau dia tiba-tiba datang ke kantormu?” Tanya Elena menghentikan pergerakan Amber memakai high heels-nya. “Dia tidak akan berani melakukan itu” Ucap Amber bertepatan dengan high heels yang terpasang sempurna di kaki jenjangnya. “Terserah kau saja. Kalau begitu aku akan tinggal di sini sampai kau memutuskan untuk cuti” Ujar Elena sembari berjalan menuju sofa. “Kau bisa tinggal di sini selamanya” Ucap Amber sembari menenteng tasnya. “Aku pergi, bye” Pamitnya kemudian langsung keluar sebelum Elena sempat membalasnya. Selama perjalanan menuju kantornya, Amber tak bisa memungkiri kalau dirinya terus memikirkan ucapan Elena. Karena sejujurnya, ia takut kalau orang itu benar-benar kembali menemuinya lalu menyakitinya lagi. Ia sangat takut.    Setelah sampai di basement, Amber keluar dari mobil dan langsung menuju ruangannya. Namun saat ia sampai di lantai ruangannya, ia melihat segerombalan karyawan berkumpul di satu meja sembari meributkan sesuatu. Tentu saja itu membuat Amber bingung karena mereka tak pernah seperti itu. Amber pun berjalan mendekati mereka.    “Ada apa ini?” Tanya Amber yang membuat mereka semua terkejut sembari menatap Amber. “Ada apa? Kenapa kalian berkumpul seperti ini?” Tanyanya lagi saat tak ada satu pun yang menjawabnya. “Info produk yang akan kita launching dua minggu lagi bocor ke media, Miss” Ucap seorang pria. “Apa?” Gumam Amber. “Silakan lihat ini, Miss” Ucap satu-satunya wanita yang duduk sembari mempersilakan Amber untuk melihat komputernya. Tanpa kata, Amber langsung maju ke depan dan membaca setiap kata yang tertulis di sana. Dan benar saja, semua info produk yang akan mereka pasarkan minggu depan telah terpublish di sana bahkan secara detail.    “Kapan berita ini tersebar?” Tanya Amber. “Tadi malam, Miss. Saya juga baru melihat ini beberapa menit yang lalu dan penerbit artikelnya juga dari anonymous jadi kami tidak tahu siapa yang membocorkan info itu. Yang melihat juga sudah lumayan banyak” Jawab wanita tadi membuat Amber mendesah. Ia harus memutar otaknya saat ini. Bukan hanya karena takut di marahi oleh atasan, ia juga harus mencari tahu jalan keluar agar masalah ini dapat terselesaikan.    “Hubungi tim IT dan minta mereka untuk melacak IP orang yang menyebarkan artikel itu lalu hapus artikel itu secepatnya. Cari tahu juga siapa yang membocorkan rahasia itu dari pihak perusahaan. Dan tolong kumpulkan semua manajer dan orang orang yang bertanggung jawab atas produk itu untuk rapat sekarang di ruangan saya” Pintah Amber.    “Baik, Miss” Ucap salah satu dari mereka. Amber pun berjalan menuju ruangannya setelah mendengar jawaban itu. Ia meletakkan tasnya di atas meja dan menyalakan komputernya. Setelahnya, ia langsung mencari artikel tadi lalu membacanya kembali. Dan benar, sudah ada ribuan orang yang membaca artikel itu serta banyak komentar yang tertera di sana padahal ini masih pagi.    Ia pun memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Padahal sebelum ia tidur semalam, ia sempat berselancar di sosial media tapi tak menemukan apapun. Pasti orang itu memposting artikel itu lewat dari tengah malam. Ketukan di pintu ruangannya mengalihkan perhatiannya.    “Masuk” Pintah Amber. Setelahnya, beberapa manajer yang ia panggil pun datang. “Silakan duduk” Pintahnya lagi sembari berdiri dari duduknya dan berjalan menuju single sofa dimana para manajer yang lain juga sedang melakukan hal yang sama.    “Saya telah mendengar beritanya Miss dan saya baru mendapat laporan kalau harga saham perusahaan langsung anjlok karena rahasia perusahaan terbesar ke mana-mana” Ucap manajer keuangan. “Ya, saya juga telah mendengar dan membaca artikelnya. Bahkan telah banyak yang membaca dan memberi komentar negatif tentang perusahaan kita di sana” Sambung manajer operasional. “Tapi bagaimana bisa rahasia itu bisa bocor? Padahal yang mengetahui tentang itu hanya kita dan beberapa orang tertentu. Terlebih informasi yang tertera di sana sangat detail tanpa kekurangan sedikit pun” Timbrung manajer pemasaran.    “Lalu apa yang harus kita lakukan, Miss? Berita ini pasti sudah sampai ke telinga para petinggi” Tanya Manajer produksi. “Iya, Miss. Meski tim IT berhasil melacak orang itu dan menghapus artikel itu, tapi tetap saja sudah banyak orang yang melihatnya. Lalu bagaimana dengan produk itu?” Sambung manajer pemasaran. “Saya akan mengganti produk itu dengan produk lain. Produk yang bertolak belakang dengan apa yang tersebar di media” Ucap Amber. “Tapi kita telah lama merencanakan produk itu, Miss. Proses produksinya juga hampir selesai dan dua minggu lagi produk itu telah siap untuk dipasarkan. Jika kita menggantinya sekarang, bagaimana dengan kerugian dari produk itu?” Sela manajer produksi.    “Ya. Dua minggu dari sekarang, produk itu akan segera dipasarkan tapi informasi tentang produk itu telah tersebar luas. Menurutmu apakah masih ada orang yang ingin membeli produk yang semua informasinya telah bocor sebelum pemasaran. Harga saham bahkan telah merosot saat berita itu tersebar. Dan saya yakin, kerugian itu akan tertutupi dengan keuntungan dari produk pengganti. Harga saham juga akan kembali meningkat” Ujar Amber membuat mereka semua terdiam sejenak.    “Lalu kita harus menggantinya dengan apa, Miss? Kita tidak memiliki banyak waktu untuk memulai semuanya kembali” Tanya manajer keuangan. Amber pun menjelaskan rencananya pada mereka semua secara detail. Ide yang baru saja muncul beberapa detik yang lalu. Ia bahkan tidak tahu dari mana ide itu datang. “Ya, sepertinya itu bisa dilakukan dengan cepat. Karena proses produksinya tidak memakan waktu yang lama” Ucap manajer produksi setelah Amber menjelaskan idenya. “Benar. Selain itu, produknya juga tidak akan terlihat murahan jika di desain dengan bagus” Timbrung manajer operasional. “Maka dari itu, kita akan menjadikan ini produk limited edition yang hanya akan di produksi beberapa saja. Untuk pemasarannya akan dipercepat satu minggu yang berarti minggu depan untuk mematahkan perspektif para pembaca artikel itu” Jelas Amber.    “Minggu depan? Tapi, Miss...” “Saya yakin produk itu akan selesai sesuai target waktunya. Jadi saya mohon kerjasama kalian semua. Hubungi tim fashion untuk membuat desainnya secepatnya. Lalu segera buat proposal untuk itu karena satu jam dari sekarang para petinggi akan melakukan rapat membahas hal ini dan saya akan mempresentasikan produk baru ini saat itu” Pintah Amber.    -------                           “Kau kenapa?” Tanya Chandra yang baru saja memasuki ruangan Christoff tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan menemukan Christoff sedang duduk sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan mata tertutup.    “Detektif yang kusewa sudah memberi kabar” Ucap Christoff tanpa membuka matanya. “Lalu apa yang dia katakan? Apa dia memang wanita yang kau maksud?” Tanya Chandra sembari meletakkan dua buah berkas di hadapan Christoff yang saat ini hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.    “Tapi, bukankah kau sudah menduga itu? Malah kau sangat yakin kalau itu dia” Ucap Chandra yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Christoff. “Lalu di mana masalahnya?” Tanya Chandra lagi. “Aku masih tidak mengerti kenapa dia meninggalkanku begitu saja malam itu” Jawab Christoff sembari membuka matanya. “Astaga. Bukankah itu sudah jelas? Dia meninggalkanmu karena tidak ingin melakukannya denganmu” Ucap Chandra. “Tidak mungkin. Aku dengan jelas melihat kabut gairah itu di matanya saat dia menatapku” Bantah Christoff. “Mungkin dia berubah pikiran” Ucap Chandra. Sementara Christoff menghela nafasnya. Ia sama sekali tidak mengerti dengan pikiran wanita itu. “Memangnya kenapa kalau dia tidak ingin melakukannya denganmu? Apa itu masalah besar? Apa kau sebegitu ingin merasakan sentuhannya sampai membuatmu segila ini? Kau masih bisa having s*x dengan wanita lain kalau kau mau. Lupakan dia dan lanjutkan hidupmu seperti biasa” Sambung Chandra.    “Kau tidak mengerti, Chan” Ujar Christoff. “Kau yang tidak mengerti dengan dirimu sendiri. Memang kenapa kalau dia menolakmu? Apa dengan dia menolakmu malam itu, kau tidak bisa having s*x lagi? Atau kau tidak terima kalau dia menolakmu? Atau karena dia mengatakan padamu untuk tidak bertemu dengannya lagi?” Ucap Chandra membuat Christoff terdiam.    “Kau boleh merenungkan ucapanku nanti, tapi tolong tanda tangani dokumen ini dulu” Lanjut Chandra sembari menunjuk berkas yang tadi ia letakkan. Dengan malas, Christoff membubuhkan tanda tangannya di sana tanpa membaca isinya terlebih dahulu. Setelah selesai, Chandra kembali mengambilnya dan berniat untuk kembali ke ruangannya. Namun saat ia hendak mencapai pintu, pria itu berhenti.    “Pikirkan langkahmu selanjutnya. Kau tidak bisa seperti ini terus-menerus. Kalau kau penasaran dengan wanita itu, temui dan tanyakan langsung padanya. Tapi kalau tidak, berhenti memikirkannya dan jalani hidupmu seperti biasa” Ucap Chandra kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Christoff yang bergelung dengan pikirannya sendiri.    -------                              Love you guys~     
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN