“Jingga mau ikut panen jeruk, Pa..” Ujar putrinya itu penuh semangat. “Jingga memang nggak capek? Barusan kita sudah panen kelengkeng loh, Nak.” “Nggak apa – apa. Jingga senang. Boleh ya Pa?” Menghela napasnya. Miko mengangguk dan membiarkan Jingga pergi bersama Ari serta mengajak Arsya; anak Disa yang masih berusia 4 tahun. “Kenapa dia aktif banget sih, Sayang? Perasaan nggak ada capek – capeknya.” “Kan bagus kalau anak kita aktif dan gampang berbaur sama orang,” Ujar Irna seraya memakan jeruk yang baru di panen putrinya. Kini mereka sedang duduk – duduk di sebuah gubuk dekat dengan pohon belimbing. “Aku bakalan rindu dia, kalau kalian balik ke Paris.” “Oh, berarti rindunya ke Jingga aja dong ya? Aku nggak?” “Kenapa sih kamu sama anak sendiri aja cemburuan?” Miko menarik tangan Irn