Matanya mengerjap perlahan, dan saat matanya terbuka sempurna, suasana baru menyambut dan memaksanya mengingat apa yang terjadi kemarin. Qian terdiam menatap langit-langit kamar, rasanya ia ingin tidur kembali agar tak lagi memikirkan semuanya terutama Raizel. Dadanya masih berdenyut sakit jika mengingat ucapan Raizel kemarin. Untuk kedua kalinya Raizel menuduhnya yang tidak-tidak. Dan apa yang dikatakannya kemarin benar-benar melukainya. Qian mengganti posisi dengan miring ke kiri dan menatap pergelangan tangannya bekas cengkraman Raizel kemarin. Ia memejamkan mata sejenak, membuka kembali kedua matanya dan ingatan saat Raizel memarahinya kembali berputar layaknya CD. Tok … tok … tok …. Qian tak bergeming meski mendengar suara ketuk pintu diikuti pintu terbuka dan sang ibu, Aindra mas