Brugh! Raizel mendudukkan bokongnya dengan sedikit kasar di tepian ranjang. Melonggarkan dasinya yang kusut kemudian menariknya dengan sedikit kasar hingga dasi yang seharian ini melingkari kerah lehernya terlepas. Embusan nafas lelah nan panjang lolos dari mulut. Rasanya benar-benar melelahkan, batinnya. Ia baru saja kembali dari luar kota setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya yang mendadak. Seakan-akan pekerjaan itu telah direncanakan sebelumnya oleh sang ayah. Raizel mengambil ponsel yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas, mengusap layar dan melihat pukul berapa sekarang. Sudah pukul sebelas malam, kira-kira apakah dia belum tidur? batinnya. Siapa kira ia harus pergi ke luar kota untuk turun tangan secara langsung ke lapangan tempat perusahaan baru yang ayahnya rintis beberapa