Bab 120

3106 Kata

Lorong rumah sakit masih berbau alkohol dan antiseptik ketika langkah Adrian berhenti di depan pintu bertuliskan Laras. Papan nama itu sederhana, tapi bagi Adrian terasa seperti sesuatu yang menghantam dadanya. Ia mengetuk sekali, lalu masuk tanpa menunggu jawaban. Laras duduk di ranjang, bersandar pada bantal besar, memegang wadah kecil berisi potongan buah. Televisi di hadapannya menayangkan program pagi, tapi suaranya nyaris tak terdengar. Sinar matahari menembus tirai tipis, mengguratkan cahaya lembut di sisi wajahnya yang pucat. Ia tahu Adrian datang. Tubuhnya menegang sedikit, tapi matanya tetap ke layar. Tidak ada sapaan, tidak ada senyum. Adrian menutup pintu pelan, hampir tanpa suara. “Pagi,” ucapnya datar dan hanya terdengar sebatas sapaan formalitas, tanpa intonasi yang hang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN