“Halo, Mas Rendra,” ucap Safira di telepon. Nadanya begitu terengah-engah seperti orang yang baru saja berlari atau dikejar sesuatu. Setelah kedatangan Adrian beberapa waktu lalu, semua pikiran Safira berkecamuk, ia tidak bisa berpikir secara rasional mengingat Adrian sudah menalaknya. Bukan hanya itu, kepedihan yang ia rasakan, melainkan Adrian melaporkan dirinya dan ayahnya, Wijaya, kepada pihak berwajib untuk melanjutkan investigasi mengenai kematian kakak kandung dan kakak ipar Adrian lima belas tahun lalu. Pagi harinya ia langsung menghubungi Rendra yang sejak Laras pindah ke kediaman Mahendra, ia juga pergi ke luar kota, yaitu ke rumah keluarganya, Pratama. Kenapa langsung ke Rendra? Karena memang Rendra-lah yang saat itu ibaratkan menjadi saksi kunci atas tragedi tidak sengaja yan

