Bab 33

1670 Kata

“Mas…” Laras tidak membuka matanya. Suara itu hanya gumaman pelan, teredam dalam tidurnya yang gelisah. Adrian terkejut, jantungnya berdebar kencang. Ia segera menarik tangannya yang nyaris menyentuh pipi Laras, seolah gerakannya yang hati-hati itu telah tertangkap basah. Ia kembali berdiri tegak, membiarkan kegelapan malam menelannya, menyembunyikan badai yang berkecamuk di dalam dirinya. Suara Laras, entah mimpi atau kesadaran samar, membuat Adrian seolah kehilangan kemampuan bicaranya. Ia ingin menjawab, “Ya, aku di sini.” Tapi bibirnya hanya terkatup rapat. Ada dorongan kuat untuk segera menepis semua luka yang ia sebabkan, tapi egonya adalah penjara yang terlalu kokoh. Ia hanya bisa mengawasi dalam diam. Setelah beberapa saat, Laras kembali terlelap, napasnya kini sedikit lebih ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN