Rio mengemudikan mobilnya menuju apartemen dengan kecepatan stabil. Pagi di kota besar itu mulai padat, dari suara klakson bersahutan di persimpangan, membentuk irama bising yang memekakkan telinga. Tangan kirinya mantap menggenggam kemudi, sementara tangan kanan sibuk menyalakan rokok yang ujungnya sudah basah oleh keringat dari telapak tangannya. “Gila,” gumamnya pelan, hembusan asap rokok keluar bersama desahan berat. “Pasti gue bakal habis-habisan dimaki sama Adrian.” Sejujurnya, sejak meninggalkan rumah, Rio sudah mempersiapkan mental. Bayangan Adrian dengan wajah dingin, rahang yang mengeras, serta tatapan tajam yang menusuk, semua itu berputar-putar di kepalanya, seakan sebuah film yang diputar berulang kali. “Yah, udah lah. Lagian nggak mungkin dia nggak tau kalo bokapnya ikut m

